Dadar Gulung: Asal-usul, Adaptasi di Berbagai Daerah/Negara, dan Resepnya
Jajanan tradisional dadar gulung yang memiliki sejarah dan filosofi mendalam--Pinterest
MALANG, DISWAYMALANG.ID--Di antara deretan jajanan pasar yang bikin nostalgia, dadar gulung selalu punya tempat spesial di hati banyak orang. Warnanya yang hijau lembut, aroma pandan yang menenangkan, dan isian kelapa gula merah yang manis paling pas disantap kapan pun, terutama saat sore atau musim hujan.
Meski tampilannya sederhana, kue tradisional ini punya cerita panjang yang membuatnya lebih dari sekadar kudapan manis.
Asal-Usul Dadar Gulung
Sejarah dadar gulung memang tidak tercatat secara pasti, tetapi ada beberapa pandangan mengenai asal-usulnya. Sebagian menyebut bahwa kue ini berasal dari Jawa atau Sumatera, berkembang dari tradisi kuliner masyarakat lokal yang akrab dengan bahan-bahan seperti tepung beras, santan, pandan, dan kelapa.
Ada pula pendapat lain yang lebih luas mengaitkannya dengan pengaruh kuliner luar. Konon, bentuk dadar gulung yang mirip dengan pancake membuat beberapa orang percaya bahwa kue ini terinspirasi dari makanan Romawi kuno yang sudah dikenal sejak abad ke-15 di Eropa.
Pancake kemudian diadopsi oleh berbagai negara dengan versi masing-masing, seperti pfannkuchen di Jerman, crepes di Prancis, hingga nohehick di Amerika.
Meski punya kemiripan, dadar gulung jelas punya ciri khas sendiri. Bahan adonannya memakai tepung beras dan santan, bukan susu seperti pancake Barat. Isinya pun memakai unti kelapa dan gula merah, menjadikannya manis gurih khas Nusantara. Ditambah warna hijau dari pandan, kue ini tampil memanjang dan menggugah selera.
Nama dadar gulung sendiri berasal dari proses pembuatannya yaitu "dadar" yang berarti adonan tipis yang dimasak seperti crepe, dan "gulung" yang merujuk pada cara penyajiannya yang digulung setelah diisi dengan parutan kelapa dan gula merah.
Seiring waktu, dadar gulung mengalami adaptasi di berbagai daerah dengan variasi bahan dan rasa:
- Di Jawa, dadar gulung tetap mempertahankan warna hijaunya yang khas dari ekstrak daun pandan serta aroma khas kelapa dan gula merah.
- Di Sumatra, beberapa daerah menambahkan sedikit santan ke dalam adonan kulit untuk memberikan rasa yang lebih gurih.
- Di Bali, kue ini sering disebut "jaje dadar" dan kadang disajikan dengan tambahan saus santan manis.
- Di Malaysia dan Singapura, jajanan ini dikenal sebagai "Kuih Ketayap" atau "Kuih Dadar" dengan resep yang hampir sama dengan versi Indonesia.
1. Lambang Kehangatan dan Kebersamaan
Proses membuat dadar gulung yang membutuhkan ketelatenan sering kali dilakukan bersama: satu membuat kulit, satu menyiapkan unti kelapa, satu lagi menggulung. Karena itu, kue ini dianggap simbol kehangatan keluarga dan kebersamaan.
2. Simbol Kesederhanaan yang Elegan
Dadar gulung tidak tampil mencolok, tapi justru kesederhanaannya itu yang membuatnya digemari. Ini selaras dengan filosofi masyarakat Indonesia yang menjunjung kesahajaan bahwa sesuatu yang sederhana bisa tetap bermakna dan indah.
3. Jajanan Wajib di Acara Adat
Di banyak daerah seperti Jawa dan Bali, dadar gulung hampir tidak pernah absen di tampah jajanan saat selamatan atau syukuran. Kehadirannya membawa makna doa, harapan baik, dan rasa syukur.
Sumber: tradisikuliner
