Sendratari “Rajut Asmara Bumi Tumapel” Hidupkan Kembali Legenda Ken Arok–Ken Dedes di Festival Singhasari 2025
Sendratari Rajut Asmara Bumi Tumapel memvisualkan legenda Ken Arok–Ken Dedes secara modern di Festival Singhasari 2025, menonjolkan sejarah, seni, dan budaya lokal.-Martinus Ikrar Raditya-Disway Malang
LOWOKWARU, DISWAYMALANG.ID--Festival Singhasari 2025 di Taman Budaya Jawa Timur di Kota Malang, Selasa (2/12) malam, menghadirkan puncak pertunjukan menarik, yakni sendratari “Rajut Asmara Bumi Tumapel”. Lakon ini membangun ulang legenda awal mula berdirinya Tumapel yang kelak berkembang menjadi Kerajaan Singhasari, melalui sentuhan teatrikal modern tanpa meninggalkan kekayaan historisnya.
Pertunjukan dimulai dengan gambaran atmosfer Tumapel pada masa pemerintahan Akuwu Tunggul Ametung. Para penari menghadirkan panggung yang dipenuhi simbol kekuasaan, ketegangan sosial, dan bayangan keangkuhan penguasa yang kerap disebut dalam sumber-sumber klasik seperti Pararaton.
Narasi panggung ini tidak mengklaim sebagai sejarah pasti, namun merangkai ulang kisah-kisah legenda yang selama berabad-abad hidup di tengah masyarakat Jawa Timur.
Sosok Ken Dedes datang sebagai pusat cahaya dan simbol kesucian perempuan Jawa dalam hikayat Tumapel. Dalam sendratari, kemunculannya digambarkan melalui permainan tata cahaya dan gerak halus para penari putri, yang menekankan pesona serta peran pentingnya dalam perubahan arah sejarah.
Adegan penculikan Ken Dedes oleh Tunggul Ametung direpresentasikan secara artistik, bukan eksplisit, melalui komposisi gerak bertempo cepat, menggambarkan pergolakan batin dan konflik kekuasaan.

Sendratari Rajut Asmara Bumi Tumapel memvisualkan legenda Ken Arok–Ken Dedes secara modern di Festival Singhasari 2025, menonjolkan sejarah, seni, dan budaya lokal. -Martinus Ikrar Raditya/diswaymalang.id
Babak berikutnya menampilkan Ken Arok, sosok yang dalam legenda dikenal sebagai keturunan misterius sekaligus pemuda bertekad besar. Penampilannya dibangun lebih manusiawi yang penuh ambisi, namun juga dibayangi kepercayaan bahwa ia ditakdirkan membawa Tumapel menuju masa kejayaan.
Interaksi Ken Arok dan Ken Dedes pada pertengahan pertunjukan menjadi titik dramatik terpenting. Adegan ini digarap lembut, menonjolkan aspek rajut asmara sekaligus percik-percik perubahan yang kelak melahirkan Singhasari.
Penggambaran cahaya yang memancar dari tubuh Ken Dedes, ikon yang dikenal dalam tradisi lisan Jawa, diolah menjadi metafora visual yang elegan. Melambangkan takdir besar yang diyakini melekat pada pasangan ini.
Pergerakan menuju kudeta terhadap Tunggul Ametung disusun tidak sebagai adegan kekerasan, melainkan melalui tarian simbolik. Para penari laki-laki membentuk formasi yang menggambarkan pergolakan rakyat dan ambisi para ksatria Tumapel. Musik instrumental modern-tradisional menguatkan ketegangan saat perubahan rezim digambarkan melalui gelap–terang tata cahaya.
Puncaknya, ketika Tumapel memasuki era baru di bawah kepemimpinan Ken Arok, digarap sebagai transisi megah menuju masa kejayaan awal Singhasari. Koreografi massal menegaskan harapan, perubahan sosial, dan lahirnya fondasi kerajaan yang kelak menginspirasi perkembangan budaya Jawa Timur.

Pertunjukan Sendratari dengan tajuk -Martinus Ikrar Raditya/diswaymalang.id
Sumber:
