1 tahun disway

Fibonacci Day 23 November, Ketika Deret Keindahan Pola Matematika Mengubah Cara Kita Melihat Alam

Fibonacci Day 23 November, Ketika Deret Keindahan Pola Matematika Mengubah Cara Kita Melihat Alam

Piazza dei Miracoli, Kompleks Pemakaman Monumental (Camposanto Monumentale), Galeri Timur — makam Leonardo Fibonacci da Pisa dan makam bersejarah lainnya.--getty images

MALANGRAYA, DISWAYMALANG.ID--Setiap tahun pada tanggal 23 November, komunitas ilmuwan, pendidik, pelajar, hingga pecinta matematika di berbagai belahan dunia merayakan Fibonacci Day. Menghormati Leonardo Pisano Fibonacci dan deret angka ikonik yang ia perkenalkan.

Di Indonesia, meski tidak sepopuler perayaan ilmiah besar lain, hari ini menjadi momen refleksi terhadap peran matematika dalam pendidikan, riset, dan teknologi. Terutama dalam pola alam, algoritma, dan inovasi komputasi.

Hari Fibonacci dipilih karena tanggal 11/23 (format bulan/hari) mencerminkan empat angka pertama dari deret Fibonacci: 1, 1, 2, 3.  Leonardo Fibonacci, atau Leonard Bonacci, adalah matematikawan Italia dari abad ke-13, dikenal melalui karyanya Liber Abaci (diterbitkan tahun 1202). Yang memperkenalkan sistem bilangan Hindu-Arab ke Eropa dan menyajikan masalah kelimpahan kelinci yang melahirkan deret angka terkenal itu. 

BACA JUGA:Rayakan Keberagaman Hari Toleransi Dunia 16 November, Ini Contoh Toleransi dalam Pendidikan Matematika

Deret Fibonacci sendiri merupakan barisan di mana setiap suku adalah jumlah dua suku sebelumnya (misalnya 1, 1, 2, 3, 5,…). Pola ini tidak hanya menarik secara teoretis, tetapi banyak muncul di alam. Dalam spiral bunga, susunan daun, cangkang kerang, bahkan di seni dan arsitektur.

Di Indonesia, memang belum ada perayaan formal berskala nasional untuk memperingati Fibonacci Day. Namun penerapan konsep Fibonacci justru berkembang pesat di ruang akademik. Banyak sekolah, termasuk di Malang Raya, memasukkan deret Fibonacci dalam pembelajaran ekstrakurikuler matematika, terutama saat siswa mempelajari pola bilangan, golden ratio, serta keterkaitannya dengan pertumbuhan alam.


Leonardo Fibonacci--getty images

Di tingkat perguruan tinggi, kampus seperti Universitas Negeri Malang dan Institut Teknologi Bandung kerap mengintegrasikan Fibonacci dalam kajian kalkulus, teori bilangan, hingga desain arsitektur dan sains hayati. Bahkan pembahasan soal-soal OSN Matematika Indonesia beberapa kali menampilkan pola rekursif yang merujuk pada struktur deret Fibonacci.

Selain itu, penelitian dan pengembangan algoritma di perguruan tinggi Indonesia juga memanfaatkan deret Fibonacci. Sebagai contoh, teknik pencarian Fibonacci (Fibonacci search) menjadi salah satu algoritma dalam pengolahan data dan optimisasi. 

BACA JUGA:119 Sekolah di Kota Malang Serentak Gelar Tes Kemampuan Akademik, Dimulai dengan Bahasa Indonesia-Matematika

Sementara itu, dalam penelitian pendidikan matematika di Indonesia. Studi-studi telah mengusulkan pendekatan riset untuk menanamkan keterhubungan antara budaya lokal dan pola matematika. Seperti menggunakan motif batik atau bentuk geometris tradisional yang sesuai dengan pola Fibonacci.

Merayakan Fibonacci Day di Indonesia bukan sekadar menghormati warisan seorang matematikawan zaman dahulu. Tetapi juga mengajak generasi muda untuk menyadari bahwa matematika bukan hal abstrak semata. Deret sederhana yang ditemukan Fibonacci telah mengilhami alam, desain, dan teknologi modern.

Serta di tangan para pendidik serta peneliti Indonesia, pola ini bisa terus menjadi jembatan antara ilmu murni dan aplikasi nyata. Di hari ini, mari kita merenungkan betapa angka-angka kecil bisa merangkai keindahan besar, sekaligus menumbuhkan rasa ingin tahu akan keajaiban matematika dalam kehidupan sehari-hari.

Sumber: national today