1 tahun disway

Coban Jahe, Jabung: Kisah Pilu Kompi Gagak Lodra, 38 Pejuang Bersembunyi, Dibocorkan, dan Gugur di Hutan

Coban Jahe, Jabung:  Kisah Pilu Kompi Gagak Lodra, 38 Pejuang Bersembunyi, Dibocorkan, dan Gugur di Hutan

Makam Pahlawan yang terhimpun pada Kompi Gagak Lodra yang gugur saat perang gerilya di kawasan Coban Jahe, Kabupaten Malang--

MALANGRAYA, DISWAYMALANG.ID-- Di balik keindahan air terjun dan lembah hijau Coban Jahe, tersimpan salah satu kisah  pilu dalam catatan perjuangan arek-arek Malang. Di lokasi yang masuk wilayah Desa Taji, Kecamatan Jabung, Kabupaten Malang itu, 80 tahun lalu, puluhan pejuang gerilya gugur setelah posisi mereka diketahui musuh.

Peristiwa itu meninggalkan bekas yang terus diingat oleh masyarakat di sekitar lokasi yang kini  jadi obyek wisata dan tempat ziarah itu, Makam pahlawan dekat pintu masuk, tempat yang menyimpan makna dan cerita pengkhianatan yang masih dibicarakan hingga kini.

Pertempuran di lembah Kali Jahe atau di sekitar aliran yang kini menuju Coban Jahe, terjadi pada periode pasca-Proklamasi. Ketika pasukan Belanda dan sekutu melakukan operasi melawan gerilyawan Indonesia. 

Pasukan gerilya yang dikenal dengan sebutan Kompi Gagak Lodra. Dipimpin oleh tokoh lapangan Kapten Sabar Sutopo, berkekuatan puluhan hingga ratusan prajurit yang bersembunyi di kawasan hutan.  Dalam bentrokan itu, laporan menyebut sekitar 38 pejuang gugur.

BACA JUGA:Makna Logo dan Tema Hari Pahlawan 2025: Inspirasi Semangat Pahlawan untuk Generasi Muda

BACA JUGA: Profil Marsinah yang Masuk dalam Daftar Calon Pahlawan Nasional 2025, Aktivis Buruh yang Tewas Dibunuh

Beberapa catatan menyebut korban termasuk kadet bernama Subandi dan Sumartono, serta anggota lain kompi tersebut. Sebagian prajurit yang selamat melarikan diri ke perkampungan sekitar atau mundur ke wilayah lain untuk menyusun kekuatan kembali. 

Posisi Kompi Gagak Lodra bocor karena tindakan oknum penduduk setempat yang bekerja sama atau diprovokasi oleh pasukan Belanda. Kebocoran informasi ini diyakini memudahkan serangan terkoordinasi. Sehingga prajurit yang bersembunyi disergap dan ditembak dari ketinggian. 

Lokasi pemakaman dan asal nama “Coban Jahe”

Di sekitar 100 meter dari pintu masuk wisata ada area yang disebut Taman Makam Pahlawan Kali Jahe. Tempat peristirahatan terakhir para pejuang yang gugur. Penjaga cerita lokal dan catatan Perhutani menyebut jenazah dikumpulkan dan dimakamkan di lokasi ini sebagai penghormatan kolektif. 

Nama “Jahe” sendiri, menurut penuturan warga dan catatan pengelola, bukan karena tanaman jahe. Melainkan berkembang dari kata Jawa “pejah/pejahe” (gugur/mati), yang kemudian melunak menjadi “Jahe”. Nama itu menandai tragedi yang terjadi di kawasan aliran sungai tersebut. 


Coban Jahe Kabupaten Malang-Elsa AKP-Elsa AKP

BACA JUGA:40 Ide Caption untuk Peringatan Hari Pahlawan Nasional 10 November 2025

Kompi Gagak Lodra disebut-sebut sebagai satuan gerilya yang aktif di kawasan Malang bagian timur dan pegunungan sekitar Bromo, mereka dikenal tangguh dan paham medan. Sumber lokal menceritakan bagaimana sisa pasukan yang selamat bergerak melalui rute-rute pedalaman menuju Tosari, Probolinggo.

Maupun daerah lain untuk mengonsolidasikan kembali kekuatan. Peristiwa di Coban Jahe kemudian menjadi momentum yang memaksa reorganisasi gerilya di wilayah tersebut.

Sumber: detik.com