Hari Kapas Sedunia 7 Oktober: Menenun Harapan dan Keberlanjutan dari Serat Alam
Ilustrasi tanaman kapas--iStockphoto
MALANG, DISWAYMALANG.ID-- Di balik setiap pakaian katun yang kita kenakan, tersimpan kisah panjang tentang tangan-tangan yang menanam, memetik, dan menenun harapan.
Setiap tanggal 7 Oktober, dunia memperingati Hari Kapas Sedunia (World Cotton Day) sebuah momentum untuk merayakan kontribusi besar kapas terhadap kehidupan manusia dan perekonomian global.
Kapas bukan sekadar bahan tekstil yang lembut di kulit. Ia adalah serat kehidupan bagi lebih dari 28 juta petani dan 100 juta keluarga di seluruh dunia.
Serat alami ini tidak hanya menjadi bagian dari pakaian yang kita pakai. Tetapi juga menjadi sumber penghidupan, ketahanan ekonomi, dan harapan bagi banyak masyarakat di negara berkembang.
Asal-usul Hari Kapas Sedunia
Inisiatif untuk merayakan Hari Kapas Sedunia lahir pada tahun 2019. Melalui gagasan empat negara produsen kapas di Afrika Sub-Sahara Benin, Burkina Faso, Chad, dan Mali, yang dikenal dengan sebutan “Cotton Four” (C4).
Mereka mengajukan usulan kepada Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Agar dunia memiliki satu hari khusus untuk menghargai kapas. Bukan hanya sebagai komoditas. Tetapi sebagai penopang kehidupan jutaan orang di pedesaan.
Dari sinilah, WTO, bersama lembaga internasional seperti FAO (Organisasi Pangan dan Pertanian PBB), UNCTAD (Konferensi PBB tentang Perdagangan dan Pembangunan), ICAC (Komite Penasihat Kapas Internasional), dan ITC (Pusat Perdagangan Internasional), mengadakan peluncuran perdana pada 7 Oktober 2019 di Jenewa, Swiss.
Sejak itu, setiap tahun dunia memperingati tanggal ini untuk mengapresiasi pentingnya kapas bagi perekonomian global, perdagangan berkeadilan, dan pembangunan berkelanjutan.
Kapas Serat Alam yang Tak Sekadar Lembut
Bagi banyak orang, kapas adalah bahan pakaian yang nyaman, lembut, dan mudah menyerap keringat. Namun di balik sifatnya yang sederhana, kapas memiliki dampak ekonomi dan sosial yang luar biasa.
- Menyerap 2,1 persen lahan subur dunia, kapas justru mampu memenuhi 27 persen kebutuhan tekstil global.
- Hampir tidak ada bagian tanaman kapas yang terbuang. Seratnya dijadikan kain. Bijinya diolah menjadi minyak nabati dan pakan ternak. Bahkan limbahnya bisa diubah menjadi bahan bakar dan kosmetik.
- Lebih dari 32 juta petani di 80 negara menggantungkan hidup pada kapas. Hampir setengahnya adalah perempuan yang berperan penting dalam rantai nilai pertanian global.
Dengan kata lain, setiap helaian kain kapas yang kita kenakan menyimpan kisah perjuangan petani di ladang. Tenaga kerja di pabrik. Hingga pengrajin yang menenun serat menjadi karya bernilai tinggi.
Tema Global "Menjadikan Kapas Adil dan Berkelanjutan untuk Semua”
Dalam peringatannya yang ketiga, PBB mengusung tema “Making Cotton Fair and Sustainable for All: From Farm to Fashion.”
Tema ini menekankan pentingnya keadilan perdagangan dan keberlanjutan lingkungan di seluruh rantai pasok. Mulai perkebunan hingga industri fesyen.
Di banyak negara berkembang, kapas bukan hanya sumber pendapatan. Tetapi juga jaring pengaman ekonomi.
Sumber: pbb
