1 tahun disway

Transformasi Jatim: Dari Krisis Gizi 2023, Menjadi Pusat Penggerak Nasional Penanganan Gizi Buruk 2025

Transformasi Jatim: Dari Krisis Gizi 2023, Menjadi Pusat Penggerak Nasional Penanganan Gizi Buruk 2025

Ilustrasi masalah kesehatan anak yang menghantui orang tua adalah gizi buruk pada wanita--The Asian Parents

Kualitas lingkungan, terutama akses air bersih dan sanitasi, juga masih menjadi persoalan di sejumlah wilayah pedesaan. Kondisi tersebut menegaskan bahwa gizi buruk bukan hanya masalah medis, melainkan juga sosial, ekonomi, dan lingkungan yang saling terkait.

Dampak Sosial dan Ekonomi: Dari Balita ke Produktivitas Bangsa

Gizi buruk berdampak langsung terhadap kualitas sumber daya manusia (SDM) di masa depan. Balita dengan kekurangan gizi berisiko tinggi mengalami stunting, yang menurunkan kemampuan kognitif dan produktivitas saat dewasa.

Dalam jangka panjang, hal ini dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi daerah dan menambah beban sosial.

Upaya yang dilakukan Jawa Timur kini diarahkan tidak hanya pada penyembuhan, tetapi juga pada pencegahan lintasgenerasi, agar ketahanan gizi menjadi bagian dari pembangunan manusia yang berkelanjutan.

Dari Krisis ke Kepemimpinan Nasional

Transformasi Jawa Timur dari provinsi dengan penduduk kurang gizi terbanyak pada 2023 menjadi pusat penggerak nasional penanganan gizi buruk pada 2025 menunjukkan keberhasilan strategi berbasis komunitas.

Program di 491 Kampung KB membuktikan bahwa ketika masyarakat diberdayakan dan difasilitasi secara sistematis, perubahan nyata dapat terjadi dari tingkat desa hingga nasional.

Namun perjalanan ini belum selesai. Diperlukan konsistensi pendanaan, peningkatan literasi gizi, dan pengawasan program agar capaian 2025 menjadi langkah awal menuju Jawa Timur bebas gizi buruk dan stunting 2030.

Kasus Jawa Timur mengajarkan bahwa ketahanan pangan tidak hanya soal produksi, tetapi juga distribusi, akses, dan pemahaman.

Dengan kolaborasi antarinstansi, pendampingan berkelanjutan, dan partisipasi masyarakat, provinsi ini berhasil mengubah narasi dari “wilayah dengan kekurangan gizi tinggi” menjadi contoh keberhasilan pemberdayaan gizi berbasis komunitas di Indonesia.

Sumber: badan pusat statistik