1 tahun disway

Kisah Jenderal AH Nasution: Satu-satunya Jenderal yang Selamat dari G30S PKI

Kisah Jenderal AH Nasution: Satu-satunya Jenderal yang Selamat dari G30S PKI

Jenderal Abdul Haris Nasution--PWMU.CO

Di tengah kekacauan, Johanna Sunarti dengan sigap membukakan jalan bagi suaminya. Melalui sebuah lorong kecil di rumah, Nasution bergerak ke arah pekarangan.

Dengan keberanian luar biasa, ia melompati tembok tinggi dan memasuki rumah tetangganya.

Tembakan demi tembakan diarahkan padanya, tetapi sang jenderal berhasil lolos dari maut.

Pelarian ini menjadikannya satu-satunya jenderal target G30S PKI yang selamat. Namun, di balik keberhasilan itu, ia harus menanggung kesedihan karena putrinya yang masih kecil akhirnya meninggal akibat luka tembak.

BACA JUGA:G30S PKI 1965: Kronologi, Tujuan, Korban, dan Imbauan Pengibaran Bendera Setengah Tiang 2025

Profil dan Kiprah Jenderal AH Nasution

Abdul Haris Nasution lahir pada 3 Desember 1918 di Hutapungkut, Kotanopan, Mandailing Natal, Sumatera Utara.

Ia awalnya menempuh pendidikan guru, namun semangat nasionalisme membawanya masuk ke KNIL (Koninklijk Nederlands Indisch Leger) dan kemudian ke dunia militer Indonesia pasca kemerdekaan.

Kariernya sangat panjang dan penuh peran penting:

  • 1945: Penasehat BKR Bandung, lalu Komandan TKR Jawa Barat.
  • 1948: Kepala Staf Operasi Markas Besar Tentara (MBT) berpangkat kolonel.
  • 1949 hingga 1952: Kepala Staf Angkatan Darat.
  • 1955 hingga 1962: Kepala Staf Angkatan Darat periode kedua, berpangkat mayor jenderal.
  • 1957: Ketua Gabungan Kepala Staf Angkatan Perang (GKS).
  • 1962: Menteri Koordinator Pertahanan/Keamanan, berpangkat jenderal penuh bintang empat.
  • 1966 hingga 1972: Ketua MPRS (Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara).

Selain sebagai jenderal, ia juga penulis produktif. Salah satu karyanya yang terkenal adalah buku “Pokok-Pokok Gerilya”, yang menjadi rujukan dalam strategi perang rakyat semesta.

Warisan dan Jejak Sejarah

Kisah selamatnya Jenderal AH Nasution dari tragedi G30S PKI menunjukkan betapa tipisnya batas antara hidup dan mati dalam situasi krisis.

Meski kehilangan putri tercinta dan ajudan terbaiknya, ia tetap berperan penting dalam perjalanan bangsa pasca tragedi 1965.

Bagi Indonesia, sosok Nasution bukan hanya seorang perwira tinggi militer, tetapi juga tokoh negarawan yang mengabdi hingga akhir hayatnya.

Ia wafat pada 6 September 2000 dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata dengan upacara kenegaraan.

Sumber: gramedia