1 tahun disway

22 Mei Hari Keanekaragaman Hayati, Yuk Belajar Etika Bertualang di Alam Yang Ramah Biodiversitas

22 Mei Hari Keanekaragaman Hayati, Yuk Belajar Etika Bertualang di Alam Yang Ramah Biodiversitas

Hari Keanekaragaman Biodiversitas : Hati Hati Saat Berwisata Alam!-Premium Vector-

Banyak spesies menggunakan suara untuk bertahan hidup—sebagai sistem navigasi, alat komunikasi, hingga sinyal bahaya. Teriakan manusia, suara speaker bluetooth, atau bahkan langkah kaki yang terlalu keras bisa membuat satwa menjauh dari wilayahnya sendiri.

Misalnya: burung langka bisa gagal berkembang biak karena terganggu kebisingan. Mamalia kecil bisa terganggu sistem penciumannya karena harus berpindah ke zona baru yang tidak cocok. Bahkan katak atau serangga malam bisa terdiam karena merasa terancam oleh suara manusia.

Dalam konteks biodiversitas, gangguan suara bisa menyebabkan hewan tidak lagi melakukan ritual kawin atau meninggalkan sarangnya. Akibatnya, populasi mereka menurun drastis karena tidak berhasil bereproduksi. Diam bukan berarti tak bersenang-senang—diam adalah bentuk penghormatan.

6. Jangan Sembarangan Buat Api Unggun

Api unggun bisa merusak tanah dan membakar vegetasi mikro tempat hidupnya spesies kecil seperti serangga, jamur mikoriza, atau lumut-lumutan langka. Bahkan setelah apinya mati, suhu tanah bisa berubah dan menghentikan proses regenerasi tanaman tertentu.

Kebakaran hutan besar seringkali bermula dari api kecil yang "sudah dipadamkan", padahal masih menyisakan bara di bawah daun kering. Sekali ekosistem hutan tropis terbakar, perlu puluhan tahun agar biodiversitasnya pulih—dan sering kali tak pernah benar-benar sama lagi.

Selain itu, api unggun juga bisa menarik satwa yang tertarik dengan panas atau cahaya, dan kemudian mereka menjadi tergantung pada sumber daya buatan manusia. Ini bisa mengganggu pola hidup liar dan mengurangi kemampuan satwa tersebut untuk bertahan di habitat aslinya.

7. Patuhi Jalur dan Batas Alam

Jalur resmi dibuat untuk meminimalkan dampak manusia terhadap habitat satwa dan flora liar. Keluar jalur artinya menginjak zona vegetasi penting, menghancurkan sarang binatang kecil, atau mengganggu tempat kawin atau bertelur hewan tertentu.

Bahkan jalur kecil yang dibuka oleh satu atau dua orang bisa menjadi “jejak permanen” karena diikuti pengunjung lain. Akibatnya, tanah jadi padat, air tak bisa terserap, dan kehidupan di bawah permukaan tanah pun mati.

Selain itu, meninggalkan jalur juga meningkatkan kemungkinan kita menginjak tanaman langka atau mikrositus penting seperti daerah semai, zona migrasi, atau kantong genetik flora langka. Jalur yang telah dirancang tidak hanya soal kenyamanan, tapi soal konservasi.

8. Jangan Sentuh atau Pelihara Satwa Liar

Selfie dengan bayi monyet, memegang kura-kura yang sedang jalan, atau sekadar menyentuh burung liar yang terlihat “lucu”—semua itu bisa mengancam hidup mereka.

Sentuhan manusia bisa menularkan kuman atau menghilangkan bau alami hewan, yang menyebabkan mereka ditolak oleh kelompoknya. Bahkan ketika niatnya baik, seperti “menolong burung jatuh dari sarang”, bisa justru membunuh harapan hidupnya karena intervensi manusia mengganggu insting induknya.

Lebih parahnya lagi, praktik mengambil hewan liar untuk dipelihara justru memperburuk krisis biodiversitas. Perdagangan ilegal hewan eksotik telah menjadi salah satu faktor utama dalam kepunahan spesies langka. Maka dari itu, biarkan hewan liar tetap liar.

Sumber: quora

Berita Terkait