Jelang Dies Natalis ke-64, Fakultas Pertanian UB Perkuat Kerjasama dengan Universitas Kyoto
Tim Program Magister FP UB yang dipimpin Dr Suhartini (nomor 2 dari kanan) didampingi Prof. Hagus (kanan) dan Deny Meitasari (kiri) bersama mitra dari Kyoto University saat melakukan pembahasan kerjasama di Kyoto, baru-baru ini--prasetya.ub.ac.id
KETAWANGGEDE, DISWAYMALANG.ID—Menyambut Dies Natalis ke-64, Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya (FP UB) terus memperkuat kerjasama internasional. Terbaru, tim Program Studi Magister Ekonomi Pertanian FP UB, berkunjung ke Graduate School of Agriculture (GSU) Kyoto University, Jepang untuk memperkuat kerjasama antarkedua universitas.
Selain merupakan bagian dari Program Dosen Berkarya (Dokar), tim FP yang dipimpin oleh Dr. Ir. Suhartini, MP., selaku Ketua Program Studi Magister Ekonomi Pertanian FP UB juga memanfaatkan kunjungan itu membahas kerjasama dalam bentuk pembahasan bersama hasil penelitian. Yakni, hasil penelitian terkait organic farming yang dipimpin oleh Dr. Suhartini. Dr Suhartini didampingi dosen FP lain yaitu Deny Meitasari, SP., MSc., dan Prof. Dr. Agr. Sc. Hagus Tarno, SP., MP itu
Hasil penelitian itu telah dirupakan dalam bentuk draft artikel ilmiah yang siap dipublikasikan dalam jurnal internasional bereputasi. Draft itulah yang diulas oleh para ilmuwan dari dari Kyoto University. Dalam pertemuan itu, pihak GSU Kyoto University diwakili oleh Prof. Dr. Motoki Akitsu, sebagai Chair of International Exchange Committee, bersama Assoc. Prof. Dr. Kenta Sakanashi dan Assoc. Prof. Dr. Feuer Hart Nadav. Pertemuan dilakukan di kampus Kyoto University, Jepang, 22 Oktober 2024 lalu.
Menurut Dr. Suhartini, dengan model kerjasama seperti ini diharapkan dapat memperluas cakupan penelitian di bidang ekonomi pertanian. Khususnya di bidang ekonomi sumberdaya dan lingkungan serta keberlanjutan bidang pertanian serta untuk memperluas jejaring kerjasama dengan universitas bereputasi tingkat dunia.
Sementara Prof. Dr. Motoki Akitsu dari GSU Kyoto University juga menekankan pentingnya penelitian lintas negara yang mampu mengintegrasikan perspektif global dalam praktik lokal.
Pertukaran Mahasiswa
Keikutsertaan Prof. Hagus Tarno yang juga menjabat sebagai Ketua Bidang Double Degree dan Layanan Mahasiswa Asing Universitas Brawijaya antara lain untuk memperkuat pembahasan tindak lanjut kerjasama antara FP UB dengan Kyoto University. Prof Hagus yang juga alumni dari Kyoto University itu dalam pertemuan tersebut, menyampaikan beberapa dokumen awal untuk kerjasama.
Menurut Prof. Hagus, Kyoto University telah mengirimkan dua dokumen penting, Yakni Student Exchange Agreement dan General Memorandum for Academic Cooperation and Exchange.
Dua dokumen ini akan menjadi dasar pengembangan program kerja sama di berbagai bidang akademik dan penelitian. Khususnya, dokumen General Memorandum for Academic Cooperation and Exchange yang meliputi poin-poin kerjasama cukup lengkap. Yatu, Exchange of Scientific Materials, Publications and Information; Exchange for Faculty Members; Exchange of Students; dan Joint Research and Meeting for Research.
Dengan kerjasama yang meliputi exchange of students atau pertukaran mahasiswa, dan juga exchange of faculty members, terbuka bagi mahasiswa FP UB untuk mempelajari inovasi terbaru dalam teknologi pertanian dan keberlanjutan di Kyoto Unversity. Juga kesempatan bagi dosen FB UB untuk mengajar sekaligus studi lajut di universitas negeri yang berdiri sejak 1897, sekaligus jadi universitas nomor dua tertua di Jepang itu.
Prof. Hagus menambahkan, dokumen-dokumen tersebut dalam waktu dekat akan ditandatangani. Dengan begitu, kedua universitas punya dasar untuk melakukan kolaborasi.
Kunjungan tim FP UB ke National Chung Hsing University, Taiwan September lalu untuk penandatangan dokumen kerjasama --fp.ub.ac.id
Kerjasama dengan Kyoto University ini akan menambah jejaring perguruan tinggi terkemuka di dunia menjalin kerjaama dengan FB UB. Sebelum ini UB sudah menjalin kerjasama dengan Wageningen University of Research, Belanda; Leiden University, Belanda; Ghent University, Belgia; Universitas Hohenheim, Jerman; serta beberapa universitas di Australia, Selandia Baru, Taiwan, Malaysia dan Vietnam. (*)
Sumber: prasetya.ub.ac.id