Konferensi Komunikasi UB Bahas Overload Information di Medsos dan Kompleksitas Media

Konferensi Komunikasi UB Bahas Overload Information di Medsos dan Kompleksitas Media

Ilustrasi penggunaan TikTok, aplikasi medsos dengan pengguna yang terus bertambah--Markeeters

KETAWANGGEDE, DISWAYMALANG.ID--  Komunikasi di media sosial atau medsos dan online makin marak dengan dua hal saat ini. Yaknk, adalah missinformation dan overload information.

Salah satu fakta mengejutkan terkait overloadi information itu, adalah jumlah video TikTok yang ditonton pengguna.

“Di luar perkiraan kita, berdasar data dari TikTok, setiap hari rata-rata pengguna menonton 700 video,” kata Suwichit Sean Chaidaroon, Ph.D.  

Pakar komunikasi dari Universitas Melbourne itu menyampaikan hal tersebut saat tampil sebagai pembicara kunci di acara Brawijaya Communication International Conference ke-4 (BCIC) 2024. Kegiatan yang diorganisasi oleh Program Magister Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Brawijaya (UB) ini berlangsung tiga hari, 28-30 Oktober 2024.

Dalam konferensi tersebut, Suwichit Sean Chaidaroon Ph.D. menyampaikan materi tentang media sosial dan media literasi. Dia menyebut,  media sosial terus berkembang menjadi sangat interaktif dan digital.  Digital maksudnya, pengguna medsos bisa membuat video, foto dan di saat bersamaan bisa menerima pesan dari gawai kita.

Namun kemudahan media sosial juga disertai efek samping. Yakni, terjadi missinformation dan overload information itu.  

Chaidaroon tidak merinci apa dampak dari dua hal tersebut. Dia hanya menyampaikan, para pengguna medsos juga harus memiliki pemahaman tentang literasi medsos, disamping literasi digital. Literasi medsos adalah kemampuan navigasi, evaluasi dan membuat konten di medsos. Ini termasuk dinamika komunikasi online, audience engagement, dan content sharing.


Suwichit Sean Chaidaroon Ph.D (kiri) dan Yuyun Riani, Ph.D., dari UB saat tampil dalam BCIC sesi Senin (28/10)--prasetya.ub.ac.id

4 Trilliun Dolar AS

BCIC tahun ini mengusung tema “Navigating Social Changes: Communication, Information, and AI Digital Convergence”. Sebanyak 52 makalah dari Indonesia, Malaysia dan Pakistan dipresentasikan secara daring. Makalah-makalah itu mencerminkan perkembangan dan diskusi terbaru dalam bidang studi ilmu komunikasi.

BCIC 2024 mendapat dukungan dari mitra publikasi seperti Universitas Padjajaran, Universitas Bunda Mulia, Universitas Syiah Kuala, Universitas Nusa Cendana, Universitas Pembangunan Nasional Veteran, dan Universitas Prof. Dr. Moestopo. Melalui kemitraan ini, BCIC terus memperluas jangkauannya dengan menawarkan peluang publikasi dalam prosiding konferensi dan jurnal-jurnal bereputasi.

Rektor Prof. Widodo, SSi MSi PhD Med Sc yang juga tampil sebagai pembicara kunci, sekaligus membuka BCIC, dalam sambutannya menyinggung soal perkembangan teknologi artificial antelligence atau AI. Rektor menyebut AI telah memberikan pengaruh yang signifikan di dunia komunikasi.

“Berdasarkan laporan yang ada Teknologi Komunikasi yakni AI diperkirakan akan berkontribusi sebesar 4 trilliun dolar Amerika Serikat  pada pertumbuhan ekonomi global hingga 2025,” ujar Rektor. 

Pakar Ternama Dunia

Selain Rektor UB dan Suwichit Sean Chaidaroon Ph.D, juga tampil dalam konferensi tersebut pakar komunikasi dari institusi ternama dunia lain. Di antaranya  Sohail Riaz Ph.D dari COMSATS University, Islamabad, Pakistan, yang berbagi wawasan tentang praktik komunikasi kontemporer; Prof. Jim Macnamara Ph.D dari University of Technology Sydney, Australia, yang mengeksplorasi kompleksitas media dan komunikasi yang terus berkembang.

Juga tampil Dr. Mohamad Noor Salehhuddin Sharipudin dari Universiti Putra Malaysia, yang diakui atas kontribusi penelitiannya dalam studi komunikasi. Sedangkan dari UB sendiri yakni Desi Dwi Prianti, S.Sos., M.Comn., Ph.D yang merupakan pakar di bidang studi Gender dan Poskolonialisme.

Sesi plenary menampilkan keahlian dari dosen terkemuka UB. Yakni, Maulina Pia Wulandari, Ph.D., Reza Safitri, Ph.D., Dr. Antoni, Fitri Oktaviani, Ph.D., Dr. Verdy Firmantoro, dan Yuyun Riani, Ph.D. Perspektif beragam mereka memperkaya diskusi dalam konferensi mengenai tantangan-tantangan yang dihadapi bidang komunikasi saat ini.

Selain sesi keynote dan plenary, konferensi ini juga menyelenggarakan sesi paralel yang memfasilitasi pertukaran gagasan yang dinamis antar peserta. Wadah ini memberikan kesempatan berharga bagi akademisi, peneliti, dan mahasiswa, khususnya mereka yang masih di awal karirnya, untuk mempresentasikan penelitian dan terlibat dalam dialog yang bermakna.

Dekan FISIP Universitas Brawijaya Prof. Anang Sujoko, S.Si., M.Si., D.COMM, dalam sambutannya menyoroti relevansi tema dalam menghadapi perubahan sosial yang dipicu oleh konvergensi antara komunikasi, teknologi informasi, dan kecerdasan buatan. Menurutnya, tema ini sangat strategis untuk memahami dan mengatasi berbagai tantangan serta peluang yang dihadapi masyarakat global di era digital.

Dia juga menegaskan komitmen FISIP UB untuk mendukung pengembangan akademik mahasiswa magister dan doktoral. BCIC 2024, menurut Prof Anang  menjadi wadah yang tepat bagi mahasiswa untuk berbagi hasil riset mereka melalui presentasi poster dan makalah, yang membuka peluang publikasi di prosiding dan jurnal bereputasi.

Terpisah, Maulina Pia Wulandari, Ph.D sebagai ketua panitia sekaligus Ketua Prodi Magister Ilmu Komunikasi menyampaikan. konferensi ini terbuka bagi mahasiswa magister maupun doktoral, akademisi, peneliti di bidang komunikasi. Itu tercermin dari tema yang dipilih, yang menurut dia merupakan respon terhadap tantang pada lanskap komunikasi saat ini. (*)

 

Sumber: prasetya.ub.ac.id