UMM Peringati Sumpah Pemuda dengan Dialog Kebangsaan, Undang Tokoh Agama, Preman Juga
Gelar Sarasehan Interaktif, UMM Ciptakan Cara Menghargai Keberagaman--umm.ac.id
LOWOKWARU, DISWAYMALANG.ID-- Hari Sumpah Pemuda benar-benar menjadi hari penting yang diperingati dengan banyak kegiatan dan program. Ada yang memperingati dengan memberi penghargaan kepada pemuda berprestasi. Ada pula yang membuat promo diskon makanan dan minuman.
BACA JUGA:Hari Sumpah Pemuda, Enam Pemuda Berprestasi Kabupaten Malang Dapat Apresiasi
BACA JUGA:Daftar Promo Makanan dan Minuman Spesial Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober, Jangan Sampai Kehabisan!
Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) tidak ketinggalan memperingati hari penting penanda kebangkitan peran pemuda Indonesia ini, dengan menggelar dialog kebangsaan. Yakni, dalam bentuk Sarasehan "Sintesis Kebhinnekaan untuk Merah Putih."
Sarasehan yang dimaksudkan untuk menjadi wadah bagi seluruh komponen bangsa untuk berdiskusi dan mencari solusi dalam menjaga persatuan ini, dilangsungkan pada Senin (28/10). Tempatnya, di Hall GKB IV Lantai 9, Kampus UMM, Jalan Raya Tlogomas, Lowokwaru, Kota Malang.
Terlibat dalam sarasehan ini para budayawan, tokoh dari berbagai agama, tokoh dari berbagai perhimpunan umat beragama, komunitas preman mengajar, organisasi pergerakan mahasiswa, dan lain sebagainya. Para peserta dengan latar belakang agama yang berbeda hadir dalam suasana penuh toleransi, menunjukkan bahwa persatuan itu indah.
Mulai dari Sekretaris Jenderal Forum Komunikasi antar Umat Beragama (FKAUB) Malang Raya Pendeta David Tobing, Ketua PHDI Malang Istianah, hingga dosen UMM Pradana Boy yang juga menjadi duta internasional dialog antaragama.
Sarasehan ini menjadi bagian tak terpisahkan dari Festival Kebangsaan UMM. Yakni, agenda tahunan yang konsisten digelar sejak awal Oktober untuk merayakan Sumpah Pemuda.
Rektor UMM Prof. Dr. Nazaruddin Malik, M.Si. menjelaskan bahwa latar belakang budaya dan agama menjadi aspek krusial yang harus dipertimbangkan bersama dalam merumuskan kebijakan publik yang adil dan berpihak pada semua kelompok. Sejalan dengan semangat 'Dari Muhammadiyah untuk Bangsa', UMM percaya bahwa setiap individu memiliki nilai yang sama dan setara sebagai warga negara.
“Latar belakang budaya masing-masing manusia sangatlah krusial, bukan hanya di aspek ras saja. persinggungan agama dan budaya juga menarik untuk dibahas. Banyak orang bilang bahwa hurud D dalam kebudayaan itu adalah ‘din’ yang artinya agama dalam bahasa Arab. Jadi, Ini isyarat bahwa agama itu inklusif dan melekat di dalam diri semua orang,” ujar Nazar.
Rektor asal Sumbawa itu menilai bahwa peringatan ini menjadi pengingat akan pentingnya menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Peringatan ini tidak hanya sebatas seremonial, tetapi juga menjadi panggilan untuk melahirkan gerakan-gerakan yang secara aktif mengkampanyekan semangat keberagaman. “Namun, jangan sampai kelompok-kelompok ini malah menciptakan rasa yang berbeda-beda,” tegasnya.
Menurut Nazar, memahami bahwa budaya adalah cerminan dari keyakinan agama merupakan tugas penting yang harus dilakukan oleh para tokoh masyarakat, seperti guru, tokoh agama, dan budayawan. Membangun lingkungan yang ramah dan terbuka bagi semua kalangan. Hal ini akan membuat setiap orang merasa nyaman dan betah untuk berinteraksi. Dengan begitu, tiap individu akan merasa nyaman dan tidak terasing ketika berada di tengah-tengah orang yang berbeda.
“Ini menjadi tugas besar yang harus dialkukan jelang 100 tahun usia Indonesia. Jelang tahun 2045 di mana Indonesia diprediksi menjadi negara yang sejahtera,” tambahnya. (*)
Sumber: