Cerita Aicha, Aremanita yang Kuliah di Illinois, Amerika Serikat: Bikin Pengajian di Sana

Cerita Aicha, Aremanita yang Kuliah di Illinois, Amerika Serikat: Bikin Pengajian di Sana

Icha, saat berkunjung di Washington DC--Dok. Pribadi

--- 

Cewek satu ini sungguh menginspirasi. Melalui perjuangan keras yang ditunjang persiapan matang sejak masih SMP, dia berhasil mendapat bea siswa untuk kuliah di University of Illinois, Urbana Champaign, Amerika Serikat. Dia mulai berkuliah di salah satu kampus ternama di Amerika Serikat itu, sejak tahun 2023. Dia adalah Aicha Putri. Dia mBoys Looop. Ini cerita Aicha.

----

 

Tahun ini akan jadi tahun kedua ku belajar di University of Illinois Urbana Champaign. Sudah ada perasaan familier disini.  navigasi dan pergi kemana mana sudah tak lagi menyusahkan dan membingungkan. Terlepas berada jauh dari rumah, ada perasaan bahwa aku telah kembali ke tempat yang seharusnya dan siap menghadapi keseharian belajar, mengerjakan tugas, bekerja part time, dan berorganisasi.

 

Tahun ini adalah tahun pertamaku untuk tinggal di apartemen setelah hampir setahun tinggal di dormitori kampus di tahun ajaran 2023/2024 kemarin yang membuat dua minggu pertama ku disini sangat berbeda. Aku menyewa sebuah apartemen dengan tiga  teman Indonesia ku. Pindahan bukanlah hal yang mudah, apalagi kali ini harus dilakukan oleh 4 orang anak perempuan yang barang nya banyak sekali. Sesampai nya aku di kampus, aku langsung disambut puluhan kardus yang harus diangkat ke apartemenku yang berada di lantai tiga. Kami cukup beruntung karena di tengah ke-ribetan kami mengangkat barang, ada tetangga 4 mahasiswa master dari India yang menawarkan bantuan.

 

            Hiruk pikuk pindahan tidak berhenti disitu karena keesokan harinya masih banyak barang yang harus kami beli untuk memenuhi kebutuhan kami tinggal di apartemen. Kami meminjam mobil salah satu orang Indonesia yang ada disini untuk mengangkut barang, berbelanja, serta berpergian ke berbagai tempat di masa pindahan ini. Sebagai mahasiswa rantau, kami berstrategi agar bisa mengeluarkan uang sesedikit mungkin untuk mendapatkan kenyamanan yang sebaik mungkin.

Kami bertanya ke beberapa grup jika ada barang barang yang hendak dijual murah atau dihibahkan secara gratis. Kami juga mengunjungi pusat pusat thrifting untuk mendapatkan barang barang bekas yang masih sangat layak pakai. Sisanya, kami belanja di pusat perbelanjaan grosir (Costco) untuk mendapatkan barang yang lebih murah daripada di toko toko lain.

 

            Selalu ada hal baru yang kami alami setiap harinya selama lima  hari pindah ke apartemen. Mulai dari dicegat di salah satu departemen store karena dicurigai mencuri sesuatu karena kesalahan sistem toko, serta mobil pinjaman kami yang sempat diderek petugas karena menempati tempat parkir orang lain di apartemen. Kami harus selalu aware akan situasi serta aturan di sekitar kami. Namun, terlepas dari hal hal menegangkan yang terjadi pada kami, banyak pula hal menyenangkan pula yang kami alami.

Kegiatan di kampus di minggu minggu pertama sangatlah menyenangkan dan meriah. Ada DJ yang memutar lagu di main quad (mungkin semacam lapangan rektorat kalau di Indonesia), berbagai pertunjukan menarik, serta permainan permainan yang seru. Kami juga kembali disambut dengan hangat oleh warga Urbana-Champaign dengan makan makan bersama. Juga ada  sesi pengajian, berkenalan dengan mahasiswa yang baru masuk di tahun ini, serta bercengkerama dan berbagi cerita.

            Lima hari berlalu, hiruk pikuk pindahan sudah hampir selesai dan perkuliahpun dimulai. Semester ini pace perkuliahan terasa lebih cepat daripada di tahun pertama, mungkin karena kali ini aku mengambil kelas di tingkat yang lebih tinggi. Para profesor menjelaskan silabus dan metode pembelajaran untuk satu semester ke depan. Namun tidak seperti semester sebelumnya, kali ini banyak dari mereka yang langsung membagi kami ke dalam beberapa kelompok dan memberikan berbagai tugas yang berbeda.

            Profesor disini sangat terbuka terhadap pertanyaan yang diajukan mahasiswa. Mereka juga dengan senang hati menjadwalkan pertemuan privat di luar jam perkuliahan untuk membahas kebingungan para mahasiswa ataupun membahas hal hal seputar bidang yang kami pelajari di kelas. Salah satu hal yang memungkinkan hal ini adalah student-faculty ratio  yang cukup imbang, terutama di kelas kelas yang kuambil. Sebagai contoh, kelas-kelas di fakultas ku hanya diisi maksimal 20 mahasiswa dalam satu sesi sehingga professor mampu memberikan feedback-feedback mendalam untuk setiap mahasiswa yang diajarnya. Pada kelas-kelas lecture yang diisi ratusan mahasiswa, selalu ada Teaching Assistant yang biasanya adalah mahasiswa master yang siap membantu kami memahami materi pembelajaran ataupun mengerjakan tugas tugas yang diberikan. (*)

Sumber: