Sering Merasa “Mothering” ke Pasangan? Apa Itu dan Bagaimana Menghindarinya?
Dampak dari Mothering Pada Pasangan dan Tips Menghindarinya-pinterest-
MALANG, DISWAYMALANG.ID -- Di awal hubungan, perhatian terasa manis. Mengingatkan makan, mengatur jadwal tidur, bahkan bantu atur keuangan pasangan. Tapi lama-lama, yang awalnya bentuk sayang, justru berubah menjadi pola kontrol yang melelahkan. Rasanya seperti menjadi ibu, bukan mitra.
Fenomena ini sering muncul tanpa disadari, terutama dalam hubungan yang berkembang di fase usia dewasa muda. Banyak yang merasa “mothering” sebagai bentuk kepedulian, padahal dampaknya bisa merusak dinamika setara. Hubungan pun berubah menjadi relasi satu arah, dengan beban yang berat dipikul sendirian.
Berikut ini penjelasannya!
1. Apa itu “mothering” dalam hubungan? Lebih dari sekadar cerewet
Mothering bukan sekadar sikap cerewet atau perhatian berlebihan. Ini adalah bentuk pengambilalihan tanggung jawab yang seharusnya dimiliki bersama atau oleh pasangan sendiri. Contoh konkret: mengatur waktu bangun, menyusun jadwal kuliah atau kerja, mengingatkan semua hal kecil, hingga mengurusi kebiasaan makan dan minum. Semua dilakukan bukan karena diminta, tapi karena merasa harus.
Dalam jangka panjang, pola ini menggeser keseimbangan relasi. Peran pasangan berubah menjadi mirip relasi orang tua dan anak, bukan dua orang dewasa yang saling mendukung dan bertumbuh bersama.
2. Tanda-tanda mothering yang sering tidak disadari
Mothering sering kali bermula dari niat baik, tapi bisa berkembang menjadi kebiasaan tidak sehat. Tanda-tandanya antara lain:
1.Selalu merasa harus mengingatkan aktivitas dasar (makan jam berapa, tidur, minum obat)
2.Menyusun atau mengatur jadwal kegiatan pasangan (dari awal hingga akhir hari)
3.Menyelesaikan masalah atau konflik pasangan tanpa diminta (padahal konflik tak bersinggungan dengan kita)
4.Merasa bersalah jika pasangan mengalami kegagalan atau kesulitan
Sumber: michellepanning.com
