Sering Merasa “Mothering” ke Pasangan? Apa Itu dan Bagaimana Menghindarinya?
Dampak dari Mothering Pada Pasangan dan Tips Menghindarinya-pinterest-
5.Merasa satu-satunya yang bisa mengatur agar hubungan tetap stabil
Pola ini perlahan membuat seseorang merasa hubungan bergantung sepenuhnya pada usahanya sendiri. Beban emosi pun semakin berat.
3. Faktor penyebab: kombinasi pola asuh dan dinamika relasi
Mothering tidak muncul begitu saja. Biasanya ada faktor latar belakang seperti:
1.Pola asuh masa kecil yang membentuk peran sebagai pengasuh di rumah
2.Pernah menjadi kakak tertua atau terbiasa mengurus orang lain
3.Trauma dari hubungan sebelumnya yang penuh ketidakpastian
4.Pasangan yang pasif, cenderung bergantung, atau enggan bertanggung jawab
Ketika dua faktor ini bertemu—dorongan untuk mengurus dan lawan yang tidak inisiatif—maka mothering menjadi pola yang terbentuk secara alamiah namun destruktif.
4. Dampak emosional: rasa lelah yang tidak diakui
Menjadi pengasuh dalam hubungan bukanlah hal yang ringan. Waktu dan energi habis untuk mengurus, merawat, dan mengendalikan.
Tapi kelelahan itu sering kali tidak mendapat validasi. Orang sekitar justru memuji ketelatenan atau kesabaran yang ditunjukkan. Akibatnya, beban mental semakin menumpuk, namun tidak mendapat ruang untuk diekspresikan. Kondisi ini lama-lama bisa memicu konflik internal, bahkan kehancuran hubungan.
5. Dampak ke pasangan: terhambatnya pertumbuhan pribadi
Mothering bukan hanya melelahkan bagi pelakunya, tetapi juga merugikan pasangan yang diasuh. Ketika seseorang terus-menerus diurus, maka ruang untuk bertanggung jawab dan belajar dari kesalahan menjadi sempit. Sering kali, pasangan yang terus diasuh menjadi pasif, tidak inisiatif, bahkan mulai menyalahkan jika sesuatu tidak berjalan sesuai rencana.
Hubungan yang sehat adalah relasi timbal balik. Mothering justru menciptakan ketimpangan yang mencegah kedua pihak untuk tumbuh bersama secara dewasa.
Sumber: michellepanning.com
