Harga Emas Naik di Malang Raya, Siapa Untung dan Siapa Cemas?

Harga Emas Naik di Malang Raya, Siapa Untung dan Siapa Cemas?

Harga emas masih melonjak--Antara Foto/Fakhri Hermansyah

MALANG, DISWAYMALANG.ID-- Harga emas yang terus melonjak belakangan ini tak hanya menjadi sorotan di pasar nasional. Tetapi juga terasa dampaknya di Malang Raya.

Kenaikan harga logam mulia ini memunculkan reaksi beragam dari berbagai kalangan. Mulai dari pelaku usaha perhiasan, investor kelas menengah, hingga konsumen biasa.

Menurut ekonom Universitas Negeri Malang Prof. Dr. Imam Mukhlis, S.E., M.Si., lonjakan harga emas saat ini erat kaitannya dengan fenomena overlikuiditas di masyarakat.


Prof. Dr. Imam Mukhlis, S.E., M.Si. Wakil Dekan FEB UM juga turut andil berpendapat dalam naiknya mata uang USD--

Terutama di kalangan menengah ke atas yang semakin teredukasi dalam menentukan instrumen investasi.

“Nah yang sekarang terjadi itu kan ekspektasi pasar, karena masyarakat juga sudah terliterasi, utamanya pada kelompok menengah ke atas. Mereka mulai berpikir: uangnya mau ditaruh di mana? Di bank, beli saham, atau logam mulia? Dan emas dinilai paling stabil,” jelas Prof. Imam.

Di Malang Raya sendiri, kelas menengah yang cukup dominan disebut-sebut menjadi salah satu pemicu meningkatnya permintaan emas.

“Malang ini memang daerah yang banyak kelas menengahnya. Kalau permintaannya meningkat terus, ya otomatis harga juga naik. Itu hukum ekonomi,” imbuhnya.

Ada Efek Positif

Meski harga bahan baku naik, pelaku usaha di sektor perhiasan justru turut menikmati dampaknya. 

Kenaikan harga emas mendorong nilai jual produk mereka, sekaligus meningkatkan minat masyarakat terhadap perhiasan sebagai aset investasi.

“Logam batangan nanti bisa dalam bentuk perhiasan seperti cincin, gelang, atau kalung. Itu akan berimbas ke pelaku usaha di situ. Mereka juga akan mendapatkan manfaat ekonomi dalam bentuk pendapatan yang meningkat,” kata Prof. Imam.

Selain itu, di tengah ketidakstabilan ekonomi global dan depresiasi rupiah, emas dianggap sebagai tempat yang aman untuk menyimpan nilai kekayaan. 

Investor yang tidak ingin mengambil risiko tinggi mulai mengalihkan dana dari saham atau valuta asing ke logam mulia.

“Kalau orang tidak suka risiko, ya pilih yang aman-aman saja. Beli properti, beli sawah, atau beli logam mulia. Yang suka risiko bisa ke saham atau dolar. Itu kembali ke karakter masing-masing,” paparnya.

Sumber: