Diusulkan jadi Kawasan Hijau, Pohon di Terminal Madyopuro Jangan Ditebang, Ditambah Pagar Bambu Petung

Diusulkan jadi Kawasan Hijau, Pohon di Terminal Madyopuro Jangan Ditebang, Ditambah Pagar Bambu Petung

Tampak depan Terminal Madyopuro, Kedungkandang, Kota Malang. Penuh pohon rindang--wikipedia

KEDUNGKANDANG, DISWAYMALANG.ID - Wacana pengembangan kawasan Madyopuro sebagai gerbang timur Kota Malang terus bergulir. Dalam Sarasehan Madyopuro yang digelar di Terminal Madyopuro pada Selasa (8/4/2025), tokoh nasional dan pendiri Disway, Dahlan Iskan, hadir memberikan sejumlah gagasan konstruktif soal arah pembangunan kawasan tersebut.

Sarasehan ini merupakan bagian dari upaya mewujudkan Madyopuro sebagai kawasan perekonomian berbasis budaya, wisata kuliner halal, dan pasar seni, sekaligus menjaga karakter lingkungan yang asri dan ramah wisata.

Hutan Kota dan Bambu Petung Jadi Saran Utama

Dalam paparannya, Dahlan Iskan menekankan pentingnya menjaga kelestarian alam yang sudah ada. Ia menyarankan agar pohon-pohon di kawasan Madyopuro tidak ditebang, bahkan lebih baik jika ditambah, untuk mendukung kenyamanan dan estetika kawasan.

"Kalau bisa, jangan sampai ada satu pohon pun ditebang. Kalau bisa, malah ditambah agar lebih sejuk dan nyaman," ujar Dahlan.

Ia juga mengusulkan penggunaan bambu petung sebagai elemen utama pembangunan. Menurutnya, bambu jenis ini tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga indah, alami, sejuk, serta memiliki manfaat ekologis seperti meminimalisir risiko banjir.

“Satu hektar untuk pemberangkatan Jeep, dikelilingi satu hektar bambu petung itu sangat alamiah, sejuk, dan indah,” jelasnya.

Pembangunan Estetik dengan Dana Minimal

Dahlan juga menyoroti perlunya efisiensi anggaran dalam pembangunan kawasan wisata Madyopuro. Ia menekankan bahwa pengembangan tidak harus mahal untuk bisa terlihat bagus, asal dirancang dengan prinsip estetika dan fungsionalitas.

"Yang penting penataan, bukan harga. Tidak perlu bangunan mahal, cukup dengan paving yang ditata rapi, tanaman yang artistik, parkiran Jeep tanpa atap, tapi tetap menarik," paparnya.

Selain itu, ia menyarankan pemanfaatan lahan kosong di sekitar makam Ki Ageng Gribig untuk dijadikan lokasi parkir Jeep dan jalur wisata ramah pejalan kaki. Bambu petung juga bisa dijadikan elemen visual sepanjang jalan menuju area wisata dan kuliner, sehingga menciptakan nuansa fotogenik dan Instagramable untuk menarik wisatawan.

“Bambu petung itu sangat fotogenik, bisa jadi daya tarik visual untuk turis yang berjalan kaki menuju pusat kuliner,” tambah Dahlan.

BACA JUGA:Dahlan Iskan dan Prof. Bisri Sepakat Kawasan Madyopuro Dikembangkan sebagai Ruang Terbuka dan Hijau

Pembangunan Berkelas Tanpa Formalitas

Dalam pesannya, Dahlan menekankan bahwa pembangunan Madyopuro harus fokus pada kualitas dan nilai, bukan formalitas semata. Ia menyebut bahwa meski dengan biaya murah, kawasan ini tetap bisa dibangun dengan standar bintang empat.

“Jangan sekadar formalitas. Bangunlah dengan standar yang layak, tapi tetap hemat dan fungsional,” tegasnya.


Dahlan Iskan saat menggambarkan usulannya dalam pengembangan kawasan Madyopuro dalam Sarasehan Madyopuro di Terminal Madyopuro, Selasa (8/4)--malang-post.com

Madyopuro: Rindang, Bersih, dan Penuh Potensi

Sumber: