Program Ma Chung Encounter Hari Ketiga, Peserta Diajak Mempelajari Topeng Malangan hingga Kelas Robotika
Foto bersama mahasiswa Ma Chung, Thailand dan Kamboja saat mengikuti program Encounter Ma Chung 2025--machung.ac.id
Merajut Budaya dan Teknologi Lintas Negara
Sebelumnya, pada 13-14 Januari 2025, para peserta menjalani serangkaian aktivitas edukatif dan menarik yang memperkenalkan kekayaan budaya serta inovasi teknologi Indonesia.
Di hari pertama, program ini dimulai dengan workshop kreatif yang melibatkan peserta dalam melukis batik dan membuat topeng khas tradisional. Aktivitas ini bertujuan memperkenalkan seni tradisional Indonesia sekaligus memupuk semangat kolaborasi lintas budaya.
Kemudian, pada hari kedua, program ini dimulai dengan kunjungan ke Klenteng En An Kiong, sebuah tempat ibadah bersejarah yang didirikan pada tahun 1825.
Para peserta disambut hangat oleh Rudi, selaku Ketua Klenteng yang memandu eksplorasi mereka.
“Klenteng En An Kiong dibangun pada tahun 1825 dan digunakan untuk beribadah tiga kepercayaan: Khonghucu, Taoisme, dan Buddha. Klenteng ini memiliki tiga misi utama, yakni agama, budaya, dan sosial,” jelas Rudi.
Selain menikmati keindahan arsitektur klenteng, para peserta juga mencicipi jajanan tradisional seperti kue lapis.
Ka, mahasiswi dari CamTech University, berbagi pengalamannya, “Di negara kami juga ada kue seperti ini, dan rasanya ternyata mirip sekali dengan yang ada di Indonesia.”
Perjalanan dilanjutkan ke Candi Badut, di mana para peserta mempelajari sejarah dan keunikan salah satu candi tertua di Jawa Timur.
Aktivitas ini memberikan wawasan mendalam tentang akar budaya lokal dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.
Teknologi untuk Pertanian dan Pariwisata Malang
Di sela tur budaya, peserta mengikuti dua sesi materi yang memberikan pandangan baru tentang inovasi teknologi dan pariwisata. Sesi pertama, “Introduction to an Innovative Appropriate Technology to Boost Agricultural Sector in Indonesia,” disampaikan oleh Novenda Kartika Putrianto, S.T., M.Sc., Dosen Program Studi Teknik Industri.
Novenda menjelaskan solusi teknologi sederhana seperti mesin selep gabah yang dapat memberikan dampak besar bagi petani. “Solusinya mungkin sederhana, tapi dampaknya sangat besar bagi petani,” ujarnya.
Sesi berikutnya dibawakan oleh Wawan Eko Yulianto, Ph.D., Dosen Sastra Inggris sekaligus Wakil Rektor III Universitas Ma Chung, dengan tema “Malang Tourism Overview.”
Sumber: machung.ac.id