Pakar Komunikasi UMM: Kalahkan AI dengan Lebih Kreatif dan Kritis

Pakar Komunikasi UMM: Kalahkan AI dengan Lebih Kreatif dan Kritis

Pakar UMM Bedah Dampak AI pada Jurnalisme--Humas Komunikasi UMM

TEGALGONDO, DISWAYMALANG.ID-- Intervensi artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan di segala bidang masih bisa disaingi dengan dua hal. Yaitu, kreativitas dan pikiran kritis. 

Hal itu disampaikan pakar komunikasi  Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Nasrullah. Berbicara dalam webinar rangkaian International Communication Competition (ICC) 2024, dia melihat, ada hal yang tidak bisa dilakukan AI.

"Mahasiswa harus bisa bersaing dengan AI, dengan berfikir kritis dan lebih kreatif. Itu tidak bisa dilakukan oleh AI," kata  Ketua Prodi Ilmu Komunikasi UMM itu.

Menurut Nasrullah, AI tidak mengenal kontek dan nuansa. Karena itu,  mahasiswa harus lebih sensitif dan menambah pengetahuannya. Khususnya, mahasiswa komunikasi yang ke depan ingin berkarir di bidang komunikasi.

Pada forum itu, dosen UMM yang pernah jadi staf ahli Menteri Pendidikan ini, utamanya menyorot pengaruh AI dalam bidang komunikasi. Khususnya, industri media.

Dengan kemampuannya, AI, menurut Nasrullah telah menjadi tantangan besar bagi industri media.  Selain, tantangan dari kecenderungan masyarakat mencari info dari media sosial. 

Menurut Nasrullah, media sosial yang diisi oleh pribadi-pribadi juga makin berkembang, antara lain karena AI. AI memungkinkan siapa pun bisa menulis berita tanpa harus paham tentang jurnalistik.

Pembicara Malaysia

Selain Nasrullah, pembicara lain dalam forum tersebut berasal dari Malaysia. Yaitu,  Mahda Nurdiawan dari Concertrix Malaysia Sdn Bhd. 

ICC 2024 yang kali ini membahas topik “Applying AI in the Communication Industry”,  diikuti dosen dan mahasiswa dari Indonesia, Malaysia dan Filipina. Sebagai moderator Rahmana Santoso dari UMM.

Mahda Nurdiawan dari Malaysia membagikan pemikirannya tentang "Menerapkan AI dalam Industri Moderasi Konten". Dia mengungkapkan peran AI dalam merampingkan dan meningkatkan proses dalam moderasi konten.

Lewat AI, kata Mahda, alur kerja telah bergeser ke arah otomatisasi dan efisiensi.  AI sekarang memungkinkan perusahaan untuk membuat konten yang menarik dari konsep, mendeteksi dan mempersonalisasi konten untuk audiens target, mengoptimalkan algoritma untuk meningkatkan akurasi moderasi. Dan, mengklasifikasikan konten di berbagai platform media sosial. 

Meski AI begitu kuat mempengaruhi cara kerja industri komunikasi, kedua narasumber sapakat penggunaan critical thinking tetap diperlukan. Di sesi tanya jawab, keduanya mengemukakan bahwa manusia yang membuat alat, maka jangan sampai diperalat. 

“Sangat penting untuk tetap siap menghadapi kemajuan dalam AI tetapi kita harus ingat bahwa sentuhan manusia tidak tergantikan, jangan lupa untuk menggunakan pemikiran kritis dan analitis karena AI hanyalah pendukung kehidupan kita sehari-hari, itu bukan "aktor utama" dalam hidup kita,” pungkas Mahda.

Sumber: