Festival Mbois IX: Benchmarking dengan Narasumber dari Salah Satu Kota Kreatif Dunia

Festival Mbois IX: Benchmarking dengan Narasumber dari Salah Satu Kota Kreatif Dunia

Sesi diskusi tentang ekonomi kreatif dengan pembicara TIta Larasati dari Bandung--metta

LOWOKWARU. DISWAYMALANG.ID-- Selain berbagai event seru, meriah, gebyar hingga yang bernuansa tradisional, salah satu rangkaian kegiatan Festival Mbois IX di Gedung Malang Creative Center (MCC), Blimbing Kota Malang juga berupa beberapa sesi talk show dan diskusi terkait dengan ekosistem Kota Kreatif. Khususnya lagi, yang membahas untuk mendukung Kota Malang terpiih sebagai Kota Kreatif Dunia. 

Para hari terakhir FMIX --brand Festival Mbois IX--, Minggu (10/11), ada sesi khusus berupa diskusi dengan tema Ekonomi Kreatif Berbasis Riset dan Inovasi. Malang Creative Fusion (MCF) selaku inisiator sekaligus pengorganisasi FMIX ini, menghadirkan Tita Larasati sebagai pembicara. Wanita ini adalah anggota Komite Eksekutif  dari Indonesia Creative Cities Network (ICCN), sekaligus pendiri Bandung Creative City Forum (BCCF) yang ke III. 

Tita yang juga dosen di Institut Teknologi Bandung (ITB) ini menyampaikan materi terkait perkembangan ekonomi kreatif dunia. Dia juga membahas tentang apa yang harus dilakukan oleh Kota Malang agar masuk jejaring Kota Kreatif Dunia. Antara lain dengan memberi gambaran bagaimana Kota Bandung sudah terlebih dulu masuk jejaring Kota Kreatif Dunia

BACA JUGA:Kota Malang Ditetapkan Wakili Indonesia untuk Jadi Kota Kreatif Dunia 2025

Tita yang juga terlibat dalam penyiapan Kota Badung menjadi Kota Kreatif Dunia memaparkan kekuatan Kota Bandung sebagai Kota Kreatif terletak pada tiga hal Yaitu, people, place, dan ideas. Seperti juga Kota Malang, Bandung juga tidak memiliki sumber daya alam.

"Sehingga, fokus yang perlu digerakkan pertama di Bandung adalah kreatornya, lokasi, lalu menyusul ide cemerlang," katanya. 

Untuk itu, lanjut dia, jika kota Malang ingin masuk ke dalam Jejaring Kota Kreatif Dunia , hal pertama yang perlu digerakkan adalah orang atau kreatornya. "Siapa kreatornya di sini? Komunitas dan generasi muda," tegasnya.

Para peserta diskusi yang kebanyakan adalah para mahasiswa, pada akhir sesi melakukan diskusi kelompok dengan bahasan sub tema-sub tema dari ekosistem Kota Kreatif. Setelah mereka juga menyusun manifesto bersama yang diserahkan ke panitia, untuk dibacakan dalam rilis panitia saat penutupan FM IX.

Diskusi Cakada

Selain diskusi dengan pembicara Tita Larasati, pada tiga hari penyelenggaraan FMIX juga digelar diskusi lain dan juga talk show dengan bahasan ekonomi kreatif. Antara lain sesi MCF Bertanya yang menghadirkan para calon kepala daerah (cakada) Kota Malang, untuk datang sebagai narasumber dalam diskusi ekonomi kreatif secara bergantian. 

BACA JUGA:Festival Mbois IX: Undang Cakada Bahas Kota Malang Jadi Kota Kreatif Dunia

Pada sesi pertama MCF Bertanya, Jumat (8/11) siang, cakada Wahyu Hidayat datang sendiri. Selain menjelaskan programnya terkait ekonomi kreatif, dan melayani tanya jawab dari peserta yang mayoritas adalah para pelaku ekonomi kreatif di Malang yang tergabung dalam Malang Creative Fusion (MCF). Wahyu juga bersedia untuk membuat catatan tentang janjinya dalam mengembangkan ekonomi kreatif di Kota Malang. 

Cakada berikut yang tampil adalah Heri Cahyono. Sam HC-- begitu sapaan Heri Cahyono-- tampil pada sesi kedua MCF Bertanya yang juga digelar pada Jumat (8/11) namun pada malam hari. Seperti juga Wahyu Hidayat, Heri Cahyono juga memaparkan programnya terkait ekonomi kreatif dan menjawab pertanyaan peserta, serta membuat catatan rencananya mengembangkan ekonomi kreatif di Kota Malang. 

Sesi ketiga MCF Bertanya yang digelar pada Minggu (10/11), yang hadir adalah calon wali kota pasangan calon nomor urut 3, Dimyati Ayatullah. Dimyati juga melakukan hal serupa seperti cakada lainnya. 

Sumber: belqis disway