Survei: Gen Z Manfaatkan AI untuk Curhat hingga Bantu Aktivitas Harian
Ilustrasi AI menjadi teman curhat manusia--ig: seekologilptui
MALANG, DISWAYMALANG.ID-- Peran kecerdasan buatan (AI) dalam kehidupan masyarakat Indonesia terus berkembang, tidak lagi sekadar alat bantu kerja, tetapi juga mulai diandalkan sebagai teman digital dalam berbagai aktivitas, termasuk untuk berbagi cerita pribadi.
Hasil survei Snapcart menunjukkan bahwa mayoritas responden, khususnya dari kalangan Gen Z (usia 13–28 tahun), kerap memanfaatkan AI secara aktif. Sekitar 43 persen responden dari kelompok ini mengaku rutin menggunakan AI dalam kehidupan sehari-hari.
Sementara itu, 41 persen lainnya menggunakan AI hanya sesekali. Menariknya, 16 persen responden belum pernah berinteraksi dengan teknologi ini sama sekali, dan mayoritas dari kelompok ini berasal dari kalangan Gen X, di mana sepertiga (33 persen) menyatakan tidak pernah menggunakan AI.
Fenomena ini menunjukkan bahwa AI mulai diposisikan lebih dari sekadar alat bantu. AI juga menjadi pendamping digital yang siap mendengarkan, membantu, bahkan memberikan solusi dalam keseharian masyarakat modern, terutama generasi muda.
BACA JUGA:Ini 9 Tips Mengatasi Cyberbullying, Baik bagi Korban Maupun Pelaku!
AI Jadi Alternatif Baru Tempat Curhat dan Produktivitas
Hasil survei Snapcart mengungkapkan pergeseran menarik dalam perilaku digital masyarakat Indonesia, terutama dalam cara mereka memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan (AI). Sebagian besar responden mengandalkan AI untuk menyelesaikan tugas akademik dan pekerjaan, dengan 43 persen responden menggunakannya untuk keperluan sekolah atau kuliah, 26 persen untuk pencarian data, dan 14 persen lainnya dalam menyelesaikan tugas-tugas kompleks.
Namun, perubahan paling menonjol terlihat dari fungsi AI yang kini merambah ke ranah personal. Sebanyak 6 persen responden mengaku menggunakan AI sebagai teman berbincang dan tempat mencurahkan perasaan. Ini menjadi indikasi awal bahwa AI mulai menggantikan peran manusia dalam kebutuhan emosional dan sosial, terutama di kalangan digital native.
Tak sedikit pengguna yang membagikan pengalaman mereka di media sosial tentang interaksi dengan AI yang memberi dukungan emosional, bahkan motivasi. Fenomena ini mencerminkan pergeseran preferensi masyarakat modern kini lebih nyaman membuka diri kepada entitas digital yang dianggap netral dan tidak menghakimi, ketimbang kepada manusia sungguhan.
Tren ini menjadi sinyal bahwa kehadiran AI bukan hanya sebagai alat bantu produktivitas, tetapi juga sebagai bagian dari relasi digital baru yang membentuk gaya hidup dan komunikasi masyarakat di era teknologi.
Sumber: goodstats
