Digitalisasi, Solusi Praktis untuk Layanan Kesehatan Primer
Fitur aplikasi SATUSEHAT sebagai bentuk layanan kesehatan primer --kemkes.go.id
LOWOKWARU, DISWAYMALANG.ID— Digitalisasi melalui program Integrasi Layanan Primer (ILP) diharapkan mampu meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di Fasilitas Layanan Kesehatan (Fasyankes) primer, seperti puskesmas, puskesmas pembantu (pustu), dan pos pelayanan terpadu (posyandu).
Melalui pemanfaatan teknologi digital, layanan kesehatan menjadi lebih mudah diakses berkat aplikasi atau platform yang terintegrasi dengan sistem SATUSEHAT.
Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI dr. Maria Endang Sumiwi, M.P.H, menyampaikan bahwa salah satu fokus utama dalam integrasi pelayanan kesehatan primer adalah memperkuat pemantauan wilayah melalui digitalisasi serta penggunaan dashboard situasi kesehatan di tingkat perdesaan.
Dr. Endang menjelaskan bahwa pencatatan layanan di puskesmas dan pustu dilakukan melalui Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS), yang terintegrasi dengan SATUSEHAT. Untuk layanan di luar gedung, tenaga kesehatan menggunakan Aplikasi Sehat IndonesiaKu (ASIK), sementara kader memanfaatkan WhatsApp.
Selain itu, terdapat Dashboard Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) yang memungkinkan pemantauan capaian kesehatan oleh pembuat kebijakan di berbagai tingkat, dari desa hingga provinsi. Masyarakat juga dapat mengakses riwayat kesehatan mereka melalui SATUSEHAT Mobile.
"Masyarakat kini dapat melakukan monitoring kesehatan secara mandiri melalui SATUSEHAT Mobile," ujar Maria Endang, diakses dari kemkes.go.id pada Selasa (3/12).
Pemanfaatan teknologi digital dapat meningkatkan akses dan kualitas layanan kesehatan primer melalui penggunaan rekam medis elektronik dan sistem informasi lainnya.
Digitalisasi meningkatkan ketersediaan dan akurasi data kesehatan melalui sistem informasi yang terintegrasi. Namun, penggunaan teknologi untuk layanan primer masih menghadapi tantangan, karena sistem pencatatan dan pelaporan di fasyankes belum sepenuhnya berbasis digital dan terintegrasi.
“Belum semua daerah menerapkan digitalisasi pada sistem pencatatan dan pelaporan di puskesmas, pustu, dan posyandu, karena permasalahan internet, kapasitas SDM ataupun anggaran dalam penerapan Rekam Medis Elektronik (RME)/Sistem Informasi Puskesmas,” terang Maria Endang.
Ia juga menambahkan bahwa saat ini, Kemenkes sedang mengupayakan berbagai aplikasi agar lebih terintegrasi dan menggabungkan data melalui platform SATUSEHAT. Untuk mendukung digitalisasi ini, anggaran untuk penyediaan internet dan Sistem Informasi Puskesmas tersedia melalui menu Dana Alokasi Khusus (DAK) Non-fisik Puskesmas.
Integrasi Sistem Informasi Fasyankes
Chief of Technology Transformation Office (TTO) Setiaji, S.T, M.Si, mengatakan bahwa Pusat Data dan Informasi-Digital Transformation Office (Pusdatin-DTO) telah melakukan berbagai upaya untuk mempercepat implementasi SATUSEHAT di fasyankes. Salah satunya adalah dengan mengadakan training of trainer untuk tenaga IT fasyankes, asosiasi profesi kesehatan, dan penyedia sistem RME.
Kegiatan ini bertujuan memberikan pemahaman serta menyiapkan kemampuan mengintegrasikan sistem informasi fasyankes dengan Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKN) bernama SATUSEHAT, melalui penerapan standar dan terminologi yang telah dikembangkan oleh Pusdatin-DTO.
Setiaji juga menjelaskan, training of trainer juga menjadi uji coba kelayakan dan bagian dari user acceptance testing (UAT) untuk playbook yang sedang dikembangkan, agar sesuai dengan kebutuhan fasyankes.
Sumber: kemkes.go.id
