1 tahun disway

Hari Juang Kartika TNI-AD 15 Desember: Strategi Capit Urang Jenderal Soedirman di Pertempuran Ambarawa

Hari Juang Kartika TNI-AD 15 Desember: Strategi Capit Urang Jenderal Soedirman di Pertempuran Ambarawa

foto: tniad.mil.id--

MALANG, DISWAYMALANG.ID–Tiap 15 Desember, Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI-AD) memperingati Hari Juang Kartika. Hari sangat bersejarah bagi TNI-AD. Menjadi simbol dari semangat juang dan pengorbanan luar biasa para prajurit TNI-AD dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia melalui Perang Ambarawa.

Yaitu serangan pembebasan Ambarawa dipimpin Jenderal Soedirman yang berlangsung selama empat hari empat malam. Dilancarkan dengan penuh semangat pantang mundur, serangan dimulai 12 Desember hingga 15 Desember 1945.

Sebenarnya Pertempuran Ambarawa sudah dimulai sejak 20 November 1945. Dua hari setelah Presiden Soekarno sebagai Panglima Besar TKR memberikan pangkat Jenderal kepada Soedirman pada 18 Desember 1945.

Dalam pertempuran itu, tokoh TKR Letkol Isdiman, seorang perwira terbaik di bawah pimpinan Jenderal Soedirman, gugur pada 26 November 1945. Komandan Resimen TKR Banyumas yang ditugaskan memimpin pasukan di Ambarawa itu gugur saat melakukan serangan mendadak di desa Kalurahan.

Strategi Capit Urang Jenderal Soedirman

Kehilangan Letkol Isdiman dianggap sebagai kerugian besar bagi TKR. Sebagai penggantinya, Jenderal Soedirman langsung turun tangan memimpin pertempuran, memberikan semangat baru, dan menerapkan strategi "capit urang" (penjepit udang).

Letusan tembakan sebagai isyarat dimulainya serangan umum pembebasan Ambarawa terdengar tepat pukul 4.30 WIB pada 12 Desember 1945. Pejuang yang telah bersiap-siap di seluruh penjuru Ambarawa mulai merayap mendekati sasaran yang telah ditentukan, dengan siasat penyerangan mendadak secara serentak di segala sektor.

Seketika, dari segala penjuru Ambarawa penuh suara riuh desingan peluru, dentuman meriam, dan ledakan granat. Serangan dadakan tersebut diikuti serangan balasan musuh yang kalang kabut.

Sekira pukul 16.00 WIB, Jalan Raya Ambarawa - Semarang berhasil dikuasai TKR dan pengepungan musuh dalam kota Ambarawa berjalan dengan sempurna. Terjadilah pertempuran jarak dekat. Musuh mulai mundur pada 14 Desember 1945.

Persediaan logistik maupun amunisi musuh sudah jauh berkurang. Akhirnya, pasukan sekutu mundur dari Ambarawa sambil melancarkan aksi bumi hangus pada 15 Desember 1945, pukul 17.30 WIB. Pertempuran berakhir dengan kemenangan gemilang dari TKR.

Benteng pertahanan sekutu yang tangguh berhasil direbut pasukan TKR. Kemenangan pertempuran Ambarawa pada 15 Desember 1945 dan keberhasilan Panglima Besar Jenderal Soedirman ini kemudian diabadikan dalam bentuk monumen Palagan Ambarawa.

TNI AD kemudian memperingati tanggal tersebut setiap tahun sebagai Hari Infanteri. Berdasar Keputusan Presiden RI No. 163/1999, Hari Infanteri kemudian diganti dengan nama Hari Juang Kartika.

TKR Jadi TNI, Jenderal Soedirman Pangllima Besar TNI

Sebulan lebih setelah serangan Ambarawa, TKR berubah menjadi TRI (Tentara Republik Indonesia) pada 26 Januari 1946. Setahun kemudian, TRI berubah lagi menjadi TNI (Tentara Nasional Indonesia) pada 3 Juni 1947.  Sementara, Jenderal Soedirman diangkat menjadi Panglima Besar TNI pada 27 Juni 1947.

Salah satu pesan Panglima Besar Jenderal Soedirman kepada prajurit adalah, “Bangunlah Angkatan Perang yang dapat menjadi kebanggaan dari Rakyat Indonesia, yang mampu melindungi Kemerdekaan Negara Indonesia, dan dapat menjamin keamanan Rakyat Indonesia”.

Sumber: biografi soedirman