1 tahun disway

Digital Fatigue Gen Z! Ancaman Baru bagi Kesehatan Mental menurut WHO

Digital Fatigue Gen Z! Ancaman Baru bagi Kesehatan Mental menurut WHO

Digital fatigue, fenomena baru dalam dunia yang serba digital--getty images

5. Menurunnya stamina mental akibat multitasking berkepanjangan

WHO menekankan bahwa otak tidak dirancang untuk multitasking intens. Generasi muda yang berpindah dari chat, tugas, video, hingga panggilan rapat online mengalami penurunan kapasitas kognitif lebih cepat.

6. Meningkatnya risiko depresi karena paparan konten negatif

Dalam panduan kesehatan mental remaja, WHO menyoroti bahwa konsumsi konten berulang yang bersifat pesimistis, konflik, atau ekstrem dapat mempengaruhi suasana hati. Algoritma yang menampilkan konten serupa memperkuat lingkaran negatif tersebut.

7. Isolasi sosial terselubung di tengah konektivitas tinggi

Konektivitas digital tidak otomatis berarti keterhubungan emosional. WHO menjelaskan bahwa hubungan sosial berkualitas rendah dapat meningkatkan rasa sepi. Banyak Gen Z merasa selalu terhubung tetapi tidak benar-benar dekat.

8. Keletihan fisik akibat postur buruk dan kurangnya jeda

WHO memasukkan kesehatan fisik sebagai bagian dari kesehatan mental. Duduk terlalu lama, postur membungkuk, dan jarang bergerak memperburuk kelelahan mental, karena tubuh tidak mendapat sirkulasi yang cukup.

9. Penurunan well-being karena hilangnya waktu hening dan refleksi

WHO menegaskan pentingnya mental space untuk memproses emosi. Digital fatigue membuat pikiran terlalu penuh, sehingga anak muda kehilangan kesempatan untuk merenung dan menata ulang diri.

Pada akhirnya, digital fatigue bukan sekadar kelelahan biasa. Ia adalah sinyal tubuh dan pikiran yang meminta ruang. WHO berulang kali mengingatkan bahwa kesehatan mental membutuhkan ritme yang seimbang di mana ada waktu untuk online, ada waktu untuk berhenti.

Bagi Gen Z yang tumbuh dalam dunia digital, kemampuan menciptakan jeda mungkin menjadi keterampilan paling penting untuk menjaga keberlanjutan hidup dan produktivitas mereka di masa depan.

Sumber: world health organization (who)