1 tahun disway

Digital Fatigue Gen Z! Ancaman Baru bagi Kesehatan Mental menurut WHO

Digital Fatigue Gen Z! Ancaman Baru bagi Kesehatan Mental menurut WHO

Digital fatigue, fenomena baru dalam dunia yang serba digital--getty images

MALANG, DISWAYMALANG.ID--Generasi Z hidup di dalam dunia yang tidak pernah benar-benar sunyi. Layar menyala hampir sepanjang hari, notifikasi datang tanpa jeda, dan setiap ruang sosial kini berpindah ke platform digital. Di satu sisi, mereka adalah generasi yang paling mahir menguasai teknologi.

Namun, WHO mengingatkan bahwa paparan digital berlebih dapat memicu kondisi yang kini makin sering dikenal dengan istilah digital fatigue.

Digital fatigue merupakan sebuah kelelahan mental dan fisik yang lahir dari interaksi digital yang tidak berhenti, dan dampaknya jauh lebih serius daripada sekadar rasa jenuh.

Digital fatigue bukan hanya tentang terlalu lama menatap layar. Ia berkaitan dengan fokus yang terkuras, kewaspadaan yang menurun, gangguan tidur, hingga kekacauan emosional akibat banjir informasi.

WHO menempatkan remaja dan dewasa muda sebagai kelompok yang paling rentan, karena otak mereka masih berkembang dan sangat responsif terhadap stres digital.

Di bawah ini 9 aspek penting yang menjelaskan hubungan digital fatigue dan kesehatan mental Gen Z:

1. Penurunan kemampuan fokus akibat overstimulasi

WHO mencatat bahwa paparan informasi berlebih dan multitasking digital menyebabkan penurunan konsentrasi dan kemampuan mempertahankan perhatian. Gen Z yang berpindah aplikasi dalam hitungan detik mengalami kelelahan kognitif yang menumpuk.

2. Gangguan tidur karena paparan cahaya layar

Cahaya biru menekan produksi melatonin, hormon tidur. WHO menekankan bahwa kualitas tidur merupakan fondasi kesehatan mental. Ketika Gen Z tertidur setelah scroll panjang, kualitas pemulihan tubuh pun ikut menurun.

3. Meningkatnya kecemasan dan tekanan sosial digital

WHO menyebut tekanan sosial sebagai pemicu utama gangguan mental anak muda. Media sosial menghadirkan kompetisi halus yang melelahkan. Perbandingan hidup, komentar, hingga ekspektasi untuk selalu responsif memperbesar kecemasan.

4. Emotional exhaustion karena keterhubungan tanpa batas

Digital fatigue muncul ketika seseorang merasa tidak punya ruang lepas dari komunikasi. WHO menyoroti pentingnya mental rest, yang kini sulit dicapai oleh generasi yang selalu online.

Sumber: world health organization (who)