1 tahun disway

Seru! Sendratari “Mahabharata” Dies Natalis ke-71 UM , Lintas-Unsur Kampus termasuk Rektor Ikut Main

Seru! Sendratari “Mahabharata” Dies Natalis ke-71 UM , Lintas-Unsur Kampus termasuk Rektor Ikut Main

Pertunjukan Mahabharata: Widya Kalpika”, Cara Universitas Negeri Malang Rayakan Dies Natalis Lewat Kisah Tentang Ilmu dan Kebijaksanaan--

Pesan itu menjadi refleksi penting: ilmu yang tak disertai kebijaksanaan hanya akan menimbulkan kehancuran.

Keterlibatan langsung jajaran pimpinan universitas menjadi sorotan tersendiri dalam pertunjukan ini. Rektor dan para pimpinan fakultas ikut menari dan berakting bersama mahasiswa, menjadikan “Widya Kalpika” sebagai wujud nyata kesetaraan dan kolaborasi di lingkungan akademik.

Kolaborasi tersebut juga mencerminkan semangat Tri Dharma Perguruan Tinggi pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat yang selama ini menjadi landasan utama perjalanan UM selama 71 tahun.

“Ini bukan hanya pertunjukan seni, tapi simbol kebersamaan. Semua turun tangan, dari rektor hingga mahasiswa, untuk menegaskan bahwa ilmu dan seni berjalan beriringan,” ujar Dr. Karkono.

 

Ribuan Penonton Padati Graha Cakrawala

Pagelaran yang dibuka gratis untuk masyarakat umum ini disambut antusias. Ribuan penonton memadati Graha Cakrawala, mulai dari mahasiswa, alumni, seniman, hingga masyarakat umum yang ingin menikmati pertunjukan budaya bernilai edukatif.

Panggung megah dengan tata cahaya modern, kostum berwarna emas dan biru, serta iringan gamelan yang intens berhasil membawa penonton larut dalam suasana epos klasik. Tepuk tangan panjang di akhir pertunjukan menjadi bukti keberhasilan tim produksi menghadirkan karya yang memadukan intelektualitas dan estetika.

Melalui “Mahabharata: Widya Kalpika”, Universitas Negeri Malang menegaskan komitmennya sebagai Kampus Pembentuk Generasi Cerdas dan Humanis.

Karya seni ini menjadi simbol perjalanan panjang UM selama lebih dari tujuh dekade — dari lembaga pendidikan guru menjadi universitas unggulan yang berorientasi pada inovasi, nilai, dan kemanusiaan.

“Selama guru masih menjaga nurani dan murid masih belajar dengan hati, maka perjuangan menuju kebijaksanaan akan selalu hidup,” tutup Rektor UM. 

Sumber: