Seru! Sendratari “Mahabharata” Dies Natalis ke-71 UM , Lintas-Unsur Kampus termasuk Rektor Ikut Main
Pertunjukan Mahabharata: Widya Kalpika”, Cara Universitas Negeri Malang Rayakan Dies Natalis Lewat Kisah Tentang Ilmu dan Kebijaksanaan--
LOWOKWARU, DISWAYMALANG.ID – Universitas Negeri Malang (UM) merayakan Dies Natalis ke-71 dengan cara yang tak biasa. Alih-alih seremoni formal, UM menghadirkan pagelaran seni megah bertajuk Sendratari “Mahabharata: Widya Kalpika” di Graha Cakrawala, Sabtu malam (18/10).
Pertunjukan ini memadukan kekuatan seni, pendidikan, dan nilai kemanusiaan. Menampilkan kolaborasi lintasunsur kampus, mulai dari mahasiswa, dosen, tenaga kependidikan, hingga jajaran pimpinan universitas.
Rektor UM para Wakil Rektor, hingga para Dekan ikut ambil peran dalam pementasan ini. Memperkuat pesan bahwa pendidikan sejati bukan hanya soal ilmu, melainkan juga kebijaksanaan dan kolaborasi lintas generasi.
Sendratari yang disutradarai oleh Dr. Karkono, M.A. dan dikembangkan naskahnya oleh Prof. Aji Prasetya Wibawa, S.T., M.MT., Ph.D., menafsirkan kisah epos Mahabharata bukan sekadar perang antar tokoh, melainkan perjalanan manusia mencari pengetahuan dan kebijaksanaan sejati.
Judul “Widya Kalpika” sendiri bermakna proses menuju kesempurnaan ilmu — sejalan dengan filosofi pendidikan yang diusung UM.
Soroti Tokoh Ekalaya, Begawan Durna, dan Karna
Melalui gerak tari, musik karawitan garapan Hartono MSn, dan tata cahaya yang dramatik, kisah ini menyoroti tiga tokoh utama: Ekalaya, Begawan Durna, dan Karna.
Ketiganya digambarkan sebagai refleksi perjalanan moral dan spiritual manusia dalam menuntut ilmu antara ketekunan, kesetiaan, dan kendali diri.
“Kami ingin menampilkan Mahabharata sebagai refleksi pendidikan. Bahwa dalam proses belajar, tidak semua hal harus dimenangkan, tapi harus dimaknai,” jelas Dr. Tri Wahyuningtyas, M.Si., penata tari sekaligus dosen Fakultas Sastra UM.
Adegan Baratayuda menjadi puncak dramatik sendratari. Namun, perang besar itu tidak digambarkan sekadar pertarungan fisik, melainkan simbol perjuangan menuju tatanan kehidupan yang lebih baik —sejalan dengan misi pendidikan untuk menyeimbangkan kekuasaan, kebajikan, dan kebenaran.
Durna Ikat Tangan Sendiri, Simbol Pengendalian Diri
Dalam salah satu adegan kuat, Begawan Durna digambarkan “mengikat tangannya sendiri” sebagai lambang pengendalian diri seorang guru sejati.
Sumber:
