1 tahun disway

Komunikasi UB Bedah Gaya Komunikasi Presiden dari Masa ke Masa, Soekarno Dinilai Paling Indonesia

Komunikasi UB Bedah Gaya Komunikasi Presiden dari Masa ke Masa, Soekarno Dinilai Paling Indonesia

Daniel Sparringa (kemeja putih) berfoto bersama dosen Komunikasi UB dan mahasiswa peserta kuliah tamu--fisip.ub.ac.id

LOWOKWARU, DISWAYMALANG.ID--Departemen Ilmu Komunikasi Universitas Brawijaya (UB)  menyelenggarakan kuliah tamu bertema “The Trajectory of Indonesian Presidential Communication: From Soekarno to Prabowo” pada Kamis (22/5).

Acara yang bertempat di Auditorium Nuswantara, Lt. 7 Gedung B FISIP UB ini menghadirkan Dr. Daniel Sparringa, Ph.D., Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi Politik periode 2009–2014.

Dalam pemaparannya, Dr. Daniel Sparringa menegaskan bahwa setiap presiden Indonesia membawa gaya komunikasi yang merefleksikan latar belakang ideologis, posisi historis, dan relasi dengan masyarakat.

Menurutnya, komunikasi kepresidenan bukan semata soal menyampaikan informasi. Tetapi juga membangun narasi, membentuk identitas, dan mengelola persepsi publik.

Soekarno-Soeharto

Ia memulai pembahasan dari Presiden Soekarno yang disebutnya sebagai satu-satunya presiden Indonesia yang hingga kini identik dengan nama Indonesia di dunia internasional. Soekarno dikenal sebagai orator kharismatik yang memadukan simbol budaya, nasionalisme, dan ideologi dalam setiap pidatonya.

“Orang lain mungkin bisa menyerupainya, tapi beliau akan tetap menjadi Presiden Soekarno,” ungkap Daniel.

Berlanjut ke masa Orde Baru, komunikasi Presiden Soeharto dinilai jauh lebih tenang dan terkonsolidasi. Meskipun dikenal sebagai Smiling General, gaya komunikasinya sangat terpusat dan dikendalikan, dengan pembangunan sebagai narasi dominan.

“Komunikasi pembangunan menjadi sentral, tapi juga melahirkan budaya ketakutan dan kontrol media yang ketat,” jelas Daniel.

Transformasi SBY

Transformasi besar terjadi pada era Reformasi ketika Susilo Bambang Yudhoyono menjabat. SBY, menurut Daniel, menghadirkan pendekatan yang lebih dialogis, moderat, dan reflektif.

Daniel menggambarkan SBY sebagai sosok yang menghindari konfrontasi dan percaya bahwa perubahan besar memerlukan waktu dan kesinambungan.

“Beliau bukan tipe pemimpin yang menggebrak, tetapi yang merenung dan memproses,” ucapnya.

Saat Buzzer Berperan

Berbeda dari pendahulunya, Presiden Joko Widodo tampil dengan gaya komunikasi populis yang sangat kuat di ruang publik. Ia tidak segan berinteraksi langsung dengan masyarakat, dan menjadikan media sosial sebagai sarana utama komunikasi politik.

Meski demikian, Daniel mengingatkan bahwa gaya ini tidak lepas dari problematika.

“Jokowi sering mengabaikan struktur birokrasi dan lebih mengandalkan pendekatan langsung. Ini membuatnya populer, tapi juga menyimpan risiko dalam pengambilan kebijakan,” ujarnya.

Sumber: fisip.ub.ac.id