1 tahun disway

Komunikasi UB Bedah Gaya Komunikasi Presiden dari Masa ke Masa, Soekarno Dinilai Paling Indonesia

Komunikasi UB Bedah Gaya Komunikasi Presiden dari Masa ke Masa, Soekarno Dinilai Paling Indonesia

Daniel Sparringa (kemeja putih) berfoto bersama dosen Komunikasi UB dan mahasiswa peserta kuliah tamu--fisip.ub.ac.id

Ia juga menilai bahwa strategi komunikasi Jokowi sangat dipengaruhi oleh peran influencer dan buzzer, yang bila tidak dikelola dengan hati-hati dapat menjadi bumerang bagi kepercayaan publik.

Untuk presiden saat ini, Daniel menilai bahwa Prabowo memiliki gaya komunikasi yang cenderung militeristik, pragmatis, dan emosional.

Dengan latar belakang militer yang kuat, Prabowo mengedepankan retorika persatuan nasional.  

“Beliau impulsif dan tidak banyak mendengarkan kritik internal. Gaya kepemimpinan seperti ini berpotensi menutup ruang komunikasi yang terbuka,” jelasnya.

Belajar dari Ahli

Kuliah tamu yang dipandu dosen komunikasi UB Dr, Verdy Firmantono ini menjadi wadah refleksi kritis bagi mahasiswa Ilmu Komunikasi untuk memahami transformasi gaya komunikasi para pemimpin tertinggi Indonesia dari masa ke masa.

Sekretaris Departemen Ilmu Komunikasi, Azizun Kurnia Illahi, S.I.Kom., M.A., dalam sambutannya mengajak mahasiswa untuk memanfaatkan forum ini sebagai momen membuka cakrawala berpikir dan menumbuhkan sensitivitas terhadap wacana kekuasaan.

“Political public communication mengalami perkembangan transformasi yang berbeda tiap zamannya, mulai dari Soekarno hingga Prabowo. Hal ini mencerminkan konteks sosial politik dan karakter kepemimpinan masing-masing,” ujarnya.

Azizun juga menekankan pentingnya perjumpaan langsung dengan ahli agar mahasiswa tidak hanya memahami teori, tetapi juga melihat bagaimana praktik komunikasi politik berjalan dalam realitas pemerintahan.

Kuliah tamu ini juga diwarnai antusiasme mahasiswa yang mengajukan beberapa pertanyaan. Salah satu mahasiswa menanyakan bagaimana strategi komunikasi yang digunakan dalam pemerintahan agar tetap etis dan tidak hanya berorientasi pada citra.

“Komunikasi politik bukan soal kita terlihat hebat, tapi soal bagaimana  memperlakukan publik dengan respect,” jawab Danie dengan tegas.

Acara ini menjadi momen penting bagi mahasiswa Ilmu Komunikasi untuk melihat dinamika komunikasi politik secara menyeluruh.

Melalui kuliah tamu ini, mereka tidak hanya mempelajari pergeseran gaya komunikasi antar presiden, tetapi juga diajak merenungkan bagaimana narasi kekuasaan dibangun, diterima, dan diperdebatkan dalam ruang publik Indonesia.

Dalam penutupnya, Daniel memberikan pesan yang mendalam bagi para peserta, “Negeri ini butuh orang-orang aneh yang liar dan siap mengambil posisi. Siapkan dirimu untuk menjadi bagian dari masa depan yang lebih kritis.”

Sumber: fisip.ub.ac.id