FISIP UNMER Malang Gelar International Collaborative Teaching Bersama Universitas Filipina
--
SUKUN, DISWAYMALANG.ID--Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Merdeka (UNMER) Malang menjadi tuan rumah International Collaborative Teaching atau kuliah internasional bersama dengan mitra dari Central Philippine University (CPU), Filipina. Ada dua kali kuliah bersama dengan dua pokok bahasan berbeda.
Pada Selasa (6/5), kuliah bersama dengan materi bahasan kebijakan publik, yaitu “Public Service and Bureaucracy Reform Under Regional Autonomy: Lessons from Indonesia and the Philippines”.
Dari FISIP UNMER yang akan menyampaikan materi adalah Program Studi Administrasi Publik yang dipimpin oleh Dr. Candra Dinata, S.Sos., M.PA. Sedangkan erwakilan dari CPU adalah Dr. Rio dan Dr. Renia F. De La Peña.D
Dharapkan dari paparan tersebut, peserta yang adalah sivitas akademika dari UNMER maupun CPU akan dapat pembelajaran tentang pelayanan publik dan reformasi birokrasi yang sudah terjadi di kedua negara. Selanjutnya, hasil dari kegiatan ini dapat memberikan dampak yang tidak hanya untuk konteks lokal ataupun nasional, namun bisa berdampak internasional.
Sementara, pada kuliah bersama sebelumnya, materi bahasan adalah sosial politik. Yakni, tentang kesadaran akan pentingnya pendekatan kualitatif dalam memahami dinamika sosial dan politik di tengah ketidakpastian global.
Kebijakan dan Konflik Geopolitik
Dalam kuliah bersama tentang sosial.politik, dua pemateri yang tampil, masing-masing Dr. Irving Rio dari CPU dan Prof. Dr. Drs. Bonaventura Ngarawula, MS. dari UNMER. Dua akademisi ini membagikan wawasan penting mengenai bagaimana riset sosial mampu menjembatani pemahaman terhadap pengalaman dan perspektif masyarakat yang terdampak kebijakan dan konflik geopolitik.
Dalam paparan berjudul “Understanding People’s Perspectives Amid Social and Political Uncertainty : Qualitative Insights from The Indonesian Experience”, Prof. Bonaventura menekankan perlunya sensitivitas epistemologis dalam membaca fenomena sosial yang kompleks. Ia menggarisbawahi pentingnya keberpihakan pada pengalaman subyektif masyarakat marginal dalam penyusunan kebijakan publik.
“Dalam konteks otonomi daerah, riset kualitatif tidak hanya merekam suara masyarakat, tetapi mengangkatnya sebagai landasan pengambilan keputusan yang adil,” ujarnya.

Prof. Dr. Bonaventura Ngarawula--
Sementara itu, Dr. Irving Rio menyajikan contoh studi kasus dari negaranya dalam pidato kuncinya. Dengan mengangkat ketegangan militer di Laut Cina Selatan, ia menunjukkan bagaimana metode fenomenologi dan narrative inquiry mengungkap ketakutan, kesepian, hingga pergulatan moral para prajurit Filipina yang ditempatkan di wilayah rawan konflik seperti Kepulauan Spratly.
“Angka (kuantitatif, red.) tidak dapat menjelaskan bagaimana identitas nasional dan kebanggaan dibentuk dalam tekanan,” kata Dr. Rio.
Rio menambahkan, “Memahami perspektif masyarakat bukanlah hanya softskill—melainkan strategi penting dalam kepemimpinan modern.”
Akademisi Filipina ini juga mendorong kolaborasi antara pendekatan kualitatif dan kuantitatif agar dapat menghasilkan kebijakan yang tidak hanya berdasarkan data, tetapi juga berempati terhadap realitas sosial.
Kegiatan ini dihadiri oleh sekitar 500 peserta yang hadir secara luring maupun daring dari dua negara, yaitu Indonesia dan Filipina.
Implementasi Nota Kesepahaman
Sumber: unmer.ac.id
