Selamat Memasuki Pekan UTS! Bentuk UTS Presentasi Proyek? Ini Cara Persiapannya
Ilustrasi Kegiatan Presentasi-Freepik-
MALANG, DISWAYMALANG.ID-- Selamat kembali ke dunia perkuliahan! Masa Ujian Tengah Semester (UTS), khususnya di program studi sosial humaniora seperti Ilmu Komunikasi, Ilmu Pemerintahan, Ilmu Politik banyak berbentuk presentasi hasil proyek atau analisis. UTS berbentuk presentasi proyek sering kali dipandang lebih ringan dari ujian tertulis.
Padahal, tantangannya tidak kalah berat. Mahasiswa dituntut bukan hanya paham materi, tapi juga bisa menyampaikan ide rapi, menarik, dan bisa dipertanggungjawabkan.
Nah, biar tidak cuma asal tampil dan mendapatkan nilai maksimal di UTS, ini sembilan tips agar tampil maksimal!
1. Tulis Narasi Dulu, Bukan Langsung Bikin Slide
Kebanyakan mahasiswa langsung buka PowerPoint atau Canva, padahal bikin narasi dulu jauh lebih penting. Mulailah dengan nulis alur cerita proyek seperti lagi menjelaskan ke teman yang tidak mengerti topiknya sama sekali. Dari sini, bisa dilihat bagian mana yang penting, mana yang bisa diceritakan verbal, dan mana yang harus benar-benar ditonjolkan di visual.
Narasi yang ditulis akan jadi fondasi arah presentasimu. Jangan cuma mikir soal konten, tapi pikir juga flow cerita: bagaimana cara bikin audiens tertarik di awal, paham di tengah, dan tergerak di akhir. Kalau narasinya udah kuat, slide bakal jauh lebih mudah dibentuk dan terasa lebih hidup saat paparan.
2. Latihan dengan “Slide Kosong”
Sebelum mengsi slide dengan desain dan tulisan, coba latihan pakai versi kosong atau hanya berisi gambar dan keyword. Ini menjadikan kita untuk benar-benar paham dan bisa cerita tanpa bergantung pada teks. Cara ini akan membantu untuk menyampaikan ide dengan lebih natural dan tidak kaku di depan audiens.
Kebiasaan baca teks di slide justru bikin audiens, khususnya dosen cepat bosan. Latihan dengan slide kosong membuat lebih luwes, ekspresif, dan bisa menjaga kontak mata. Kalau sudah terbiasa dengan flow ini, waktu presentasi nanti akan terlihat lebih siap dan meyakinkan.
3. Rekam Latihan, Cek Ekspresi dan Gestur
Tidak cukup hanya latihan di depan cermin. Coba rekam presentasipakai kamera HP, lalu tonton ulang. Lihat apakah ekspresi kita sesuai sama isi yang disampaikan. Banyak yang tidak sadar mereka ngomong tentang isu sosial, tapi mukanya datar kayak ngomongin nasi goreng.
Selain ekspresi, perhatikan juga gerakan tangan dan postur tubuh. Presentasi bukan cuma soal kata-kata, tapi juga komunikasi non-verbal. Gerakan tangan bisa mempertegas poin penting, sementara postur yang terlalu membungkuk akan membuat kelihatan tidak percaya diri. Kecil, tapi ngaruh banget.
4. Gunakan “Slide Ganjil” untuk Menarik Perhatian
Slide yang efektif bukan cuma yang informatif, tapi juga bisa bikin audiens duduk tegak lagi saat mulai bosan. Sisipkan satu slide “ganjil” yang isinya bisa bikin mikir—entah itu kutipan, meme relevan, atau pertanyaan pemantik. Letakkan di tengah presentasi, biar jadi pendorong energi.
Slide ini bisa dimanfaatkan buat membangun koneksi emosional atau bikin audiens terlibat. Misalnya: “Apa pernah mengalami hal ini juga?” atau “Coba tebak, berapa persen mahasiswa yang gagal di proyek seperti ini?” Sederhana, tapi bisa mengubah suasana ruang presentasi.
5. Bagi Peran Kelompok Berdasarkan Karakter, Bukan Bagian Materi Saja
Kalau presentasi kelompok, jangan asal bagi berdasarkan jumlah halaman. Mending bagi tugas berdasarkan kekuatan masing-masing orang. Siapa yang paling karismatik, dia pembuka. Siapa yang paling detail dan paham data, dia pembahas utama. Siapa yang paling hangat, dia penutup.
Strategi ini bikin presentasi kalian terasa mengalir dan profesional. Alih-alih terlihat seperti kumpulan orang yang dipaksa kerja bareng, kita bisa tampak seperti tim yang kompak dan tahu posisi masing-masing. Audiens pun lebih mudah menangkap pesan yang disampaikan.
6. Gunakan Transisi Kalimat, Bukan Cuma Transisi Slide
Setiap kali berpindah topik, jangan cuma bilang “Lanjut ke slide berikutnya.” Gunakan kalimat transisi yang menjembatani isi materi. Misalnya: “Setelah melihat kenyataan itu, kami mulai bertanya—apa solusi terbaik yang bisa kami tawarkan?” Kalimat seperti ini bikin audiens tetap nyambung.
Sumber: quora
