Mengungkap Alasan dan Tantangan Akses Internet di Indonesia 2025

Rabu 17-09-2025,20:14 WIB
Reporter : Tazqia Aulia Zalzabillah
Editor : Tazqia Aulia Zalzabillah

Menariknya, hanya 0,03 persen responden yang mengakses internet untuk kategori “lainnya”, menunjukkan bahwa internet sudah punya pola penggunaan yang cukup terstruktur.

BACA JUGA:Podcast Memang Jadi Tren Hiburan Populer, tapi Yang Paling Diminati Podcast Edukasi!

Mengapa Masih Ada yang Belum Terkoneksi?

Meski penetrasi internet tinggi, masih ada 19,34 persen penduduk Indonesia yang belum terkoneksi. Alasannya pun beragam:

  • Perangkat Tidak Memadai (43,62 persen)

Ponsel pintar atau komputer yang terlalu mahal masih menjadi hambatan besar, terutama di wilayah dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah.

BACA JUGA:Samsung Galaxy S25 FE Resmi Diluncurkan di Indonesia, Fitur Premium Full AI dengan Harga Lebih Terjangkau

  • Kurang Pengetahuan Cara Akses (40,77 Persen)

Literasi digital yang rendah membuat sebagian masyarakat, khususnya generasi lebih tua, belum memahami cara menggunakan internet dengan benar.

  • Tidak Melihat Manfaat (3,24 Persen)

Ada kelompok kecil yang merasa internet tidak relevan dengan kebutuhan hidup mereka.

  • Biaya Kuota Mahal (2,88 Persen) dan Akses Fisik Terbatas (2,59 Persen)

Infrastruktur yang belum merata dan harga paket data yang relatif tinggi juga menjadi kendala.

  • Keterbatasan Fisik (2,14 Persen)

Hambatan seperti disabilitas juga masih jadi faktor yang membatasi akses digital.

Refleksi: Menuju Ekosistem Digital yang Inklusif

Data APJII 2025 memberi gambaran bahwa internet memang telah menjadi denyut nadi masyarakat Indonesia, tetapi sekaligus mengingatkan masih adanya jurang kesenjangan digital.

Tantangan terbesar bukan hanya soal membangun infrastruktur, melainkan memastikan akses ini merata, terjangkau, dan dimengerti semua lapisan masyarakat.

Dengan kata lain, internet di Indonesia tahun 2025 sudah menjadi ruang publik baru yang mempertemukan peluang, informasi, dan hiburan.

Namun, agar bisa benar-benar inklusif, perlu ada kolaborasi antara pemerintah, swasta, dan masyarakat dalam mempersempit kesenjangan digital yang masih tersisa.

Kategori :