Program kerja bisa diarahkan untuk pelatihan penggunaan HP secara fungsional. Misalnya, cara mengakses layanan kesehatan online, memantau harga pangan dari aplikasi resmi, atau membuat toko sederhana di platform marketplace lokal. Bisa juga dengan membantu perangkat desa menggunakan Google Form atau Excel untuk mengelola data warga.
Mengajarkan teknologi bukan berarti memaksakan kecanggihan, tapi menunjukkan fungsi-fungsi sederhana yang mempercepat dan mempermudah aktivitas harian.
8. Pelajari Jejak KKN Sebelumnya
Salah satu kesalahan umum dalam KKN adalah mengulang program yang sama tanpa mengevaluasi dampaknya. Padahal, banyak desa sudah pernah menerima KKN berkali-kali. Beberapa program mungkin sukses, beberapa lain mungkin gagal atau terlantar di tengah jalan.
Perlu bertanya pada perangkat desa atau warga senior tentang program-program KKN sebelumnya. Apa yang dulu sempat berjalan tapi berhenti? Apa yang disukai dan diingat warga? Dari situ, program bisa dirancang sebagai lanjutan dari yang sudah ada, atau pengembangan dari yang pernah gagal.
Melanjutkan warisan KKN sebelumnya adalah bentuk penghargaan terhadap usaha mahasiswa terdahulu, sekaligus cara untuk menciptakan program yang berkelanjutan.
9.Jangan Hanya Andalkan Realisme, Selaraskan Kapasitas Ilmu Dengan Realitanya, Tak Harus Selalu Megah
KKN bukan ajang unjuk ide kreatif, tapi panggung untuk menyelaraskan ilmu dengan realitas. Program kerja yang berhasil bukanlah yang paling heboh, tapi yang paling dibutuhkan. Semua berawal dari observasi yang tajam, pendengaran yang sabar, dan niat baik untuk membantu dengan cara yang tepat.
Satu minggu observasi yang jeli bisa menghasilkan satu program sederhana yang relevan. Sementara satu bulan brainstorming di kampus tanpa pemahaman kondisi desa hanya akan menghasilkan program yang terasa asing bagi warga.
Kalau ingin KKN jadi pengalaman bermakna, langkah pertama bukan membuat proposal, tapi berjalan pelan di jalan desa dan mendengarkan apa yang tidak dikatakan secara langsung!