Momen World Ego Awareness Day: Mengulik Peran Id, Ego, dan Superego, Kunci Tenang di Tengah Hiruk Pikuk Dunia

Minggu 11-05-2025,06:02 WIB
Reporter : Immanuela Regina
Editor : Agung Pamujo

5. Tiga Bagian Ini Bekerja Bersama, Bukan Sendiri-sendiri

Id, ego, dan superego bukan sistem yang terpisah total. Mereka terus berdialog dalam batin manusia. Saat ingin marah, id memprovokasi, superego memperingatkan, dan ego memutuskan apakah akan merespons atau tidak. Konflik antara mereka bukan masalah, justru bagian alami dari kehidupan psikis yang sehat.

Yang jadi persoalan adalah ketika salah satu dari tiga sistem ini terlalu dominan. Misalnya, jika id mendominasi, seseorang bisa jadi impulsif. Jika superego terlalu kuat, hidup terasa seperti dihantui rasa bersalah. Dan jika ego terlalu patuh pada realita sosial tanpa mempertimbangkan kebutuhan batin, maka muncullah rasa hampa. 

6. Keseimbangan adalah Kunci Kesehatan Mental

Seorang yang sehat mental bukanlah mereka yang menekan salah satu bagian dari sistem psikisnya, melainkan yang mampu menyeimbangkannya. Misalnya, tetap bisa menikmati hidup (id), tanpa melanggar prinsip moral (superego), sambil realistis terhadap situasi (ego). Keseimbangan ini membutuhkan kesadaran diri dan latihan regulasi emosi.

7. Kenali Dulu Sebelum Menyalahkan Diri Sendiri

Banyak orang menyalahkan diri sendiri karena merasa terlalu lemah, terlalu keras, atau tidak cukup baik. Padahal bisa jadi, itu hanya konflik biasa antara id, ego, dan superego yang belum disadari. Dengan memahami sumber ketegangan itu, seseorang bisa lebih berbelas kasih pada dirinya sendiri.

Self-awareness adalah kunci. 

8. Media Sosial Memicu Perang Tiga Serangkai

Di era digital, id, ego, dan superego sering mendapat rangsangan yang kontras. Scroll media sosial memicu keinginan instan (id), muncul rasa bersalah atau minder karena standar hidup orang lain (superego), lalu ego kewalahan mengatur respons. Situasi ini bisa menyebabkan kelelahan mental tanpa sadar.

Maka penting untuk membatasi konsumsi digital dan mengembangkan kepekaan terhadap sinyal dari dalam diri sendiri.

9. Id Butuh Dikenal, Bukan Ditekan

Dorongan dari id, seperti ingin dihargai, dicintai, atau dimengerti, bukanlah hal yang memalukan. Justru itu bagian dari kemanusiaan. Masalah muncul saat dorongan ini ditekan mentah-mentah karena dianggap "tidak pantas." Padahal, memahami keinginan dasar ini bisa menjadi langkah awal menuju pertumbuhan psikologis.

Psikolog dari Harvard Review of Psychiatry (2019) menyarankan untuk mengenali motif dasar seseorang—bahkan yang terlihat egois—sebagai bagian dari kerja terapeutik. Dengan begitu, bukannya menolak id, individu bisa belajar menyalurkan keinginannya dalam bentuk yang sehat dan produktif.

Id, ego, dan superego bukan sekadar teori psikoanalisis dari masa lalu. Mereka hidup dan aktif di balik setiap keputusan, emosi, dan konflik batin yang dialami sehari-hari. Mengenali cara mereka bekerja bukan untuk menjadi orang yang sempurna, tapi agar lebih mengenal sumber kegelisahan dan bisa menyikapinya dengan bijak.

BACA JUGA:11 Mei, World Ego Awareness Day: Mengenal Ego State, Cara Untuk Memahami Diri dan Orang Lain

Kategori :