1 tahun disway

Penyembuhan TBC di Kota Batu Sudah 100 Persen, PR-nya Cegah Penularan dan Kesadaran Masyarakat

Penyembuhan TBC di Kota Batu Sudah 100 Persen, PR-nya Cegah Penularan dan Kesadaran Masyarakat

Forkominda hadiri Hari Kesehatan Nasional-panca rp-

BATU, DISWAYMALANG--Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Batu memberikan perhatian besar pada penurunan tuberculosis (TBC) dan stunting, Hal itu diungkapkan Kepala Dinas Kesehatan Kota Batu Aditya Prasaja pada puncak Peringatan Hari Kesehatan Nasional (HKN) ke-61 di Gedung Graha Pancasila, Rabu (17/12).

Penularan penyakit TBC juga menjadi perhatian serius. Saat ini, Pemkot Batu sudah tuntas dalam pembentukan satuan petugas (Satgas) penanganan TBC. "Tim Satgas sudah melaksanakan aktivitas mulai mengawal hingga proses penyembuhan penyitas," jelasnya.

Mantan Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Keluarga Berencana (DP3AKB) itu menilai, penyembuhan TBC di Kota Batu saat ini capaiannya sudah 100 persen. Namun, pekerjaan rumah (PR) pemerintah yakni mencegah penularan dan mendorong kesadaran masyarakat. Apalagi, gejala TBC tidak ada ciri khusus sehingga masyarakat menjadi kurang aware terhadap risiko penyakit TBC. 

Penderita TBC ini harusnya mendapat pendampingan penuh selama enam bulan. Di samping itu, penderita perlu menerapkan kedisplinan diri dalam menjalani pengobatan.

"Termasuk mengkonsumsi obat secara rutin. Tetapi, seringkali penderita abai dan berhenti konsumsi. Akhirnya pengobatan tidak berjalan, karena sudah resisten obat (RO)," katanya. Dengan kondisi itu, sambungnya, penyembuhan TBC lebih panjang dan tingkat penularannya lebih tinggi.

Diungkapkannya, kebanyakan pasien TBC merasa sembuh jika sudah tidak batuk lagi. Padahal pengobatan yang sesuai kesehatan adalah enam bulan, dua bulan pertama pasien harus tidak kontak dengan orang lain. Pada empat bulan terakhir pasien sudah boleh kontak, namun harus tetap minum obat. 

Penurunan Stunting di Batu

Sementara itu, laporan Dinkes mengenai stunting, menunjukkan hasil analisa situasi balita stunting di Kota Batu prevalensinya cukup fluktuatif. Di tahun 2024 lalu, tercatat sebesar 24,5 persen. Kemudian menurun drastis pada tahun 2025 menjadi 10,25 persen. Hal itu menunjukkan capaian positif selama setahun terakrir.

Ada berbagai faktor pemicu stunting berdasarkan analisa kesehatan. Salah satunya bayi yang memiliki berat lahir rendah (BBLR) yang menyumbang sekitar 10 persen dari populasi stunting. Kemudian, infeksi berulang juga memicu stunting sebesar 30 persen. "Sementara paling besar sekitar 60 persen disumbang oleh anak yang lahir normal," ungkap Aditya Prasaja 

Aditya menilai, program sejauh ini terlalu fokus pada mengurus anak yang stunting saja. Sedangkan, anak sehat cenderung tidak mendapatkan perhatian terhadap pemenuhan gizi anak. Hal tersebut menjadi evaluasi bagaimana keseimbangan perhatian bisa lebih merata.

"Orang tua memiliki beran penting dalam memberikan suplai gizi pada anak. Kerja sama antara orang tua dan pemerintah memberikan andil besar dalam penurunan angka stunting di tahun depan," tuturnya.

Sumber: