Perang Dunia II bukan sekadar bagian dari buku sejarah. Ia adalah ingatan kolektif tentang bagaimana dunia pernah tenggelam dalam kebencian, dan bagaimana manusia bangkit dari reruntuhan. Fiksi menjadi jembatan untuk meresapi kisah-kisah itu, bukan hanya dari sudut pandang pemenang atau pemimpin, tetapi dari mereka yang hidup dan terluka di sela-sela sejarah.
Membaca novel-novel ini bukan hanya soal menikmati cerita.
Ia adalah bentuk penghormatan kepada mereka yang kehilangan, kepada generasi yang berjuang, dan kepada dunia yang terus belajar untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama.