Tidak perlu tergesa-gesa atau langsung makan saat hidangan sampai. Tunggu semua orang di meja mendapat makanannya. Lalu makan dengan tempo yang tenang, sambil menikmati percakapan. Urutan ini tidak hanya memperkaya pengalaman makan, tapi juga menjaga suasana formal tetap nyaman dan sopan. Orang yang terbiasa memahami urutan ini akan terlihat jauh lebih siap saat menghadiri jamuan bisnis.
5. Posisi Alat Makan Setelah Selesai Juga Ada Aturannya
Selesai makan bukan berarti langsung menaruh garpu dan pisau sembarangan. Posisi alat makan menunjukkan sinyal ke pelayan. Bila ingin istirahat sejenak, letakkan garpu dan pisau seperti membentuk huruf "V" terbalik. Bila sudah selesai, letakkan keduanya sejajar di posisi jam 4-10 di atas piring. Ini membantu pelayan mengetahui status hidangan tanpa harus bertanya.
Kesalahan umum adalah membiarkan garpu dan pisau menyilang di atas piring, atau dibiarkan tergeletak di meja. Dalam fine dining, detail seperti ini penting untuk menjaga ketertiban, ritme pelayanan, dan juga menunjukkan sikap sopan santun di meja makan.
6. Tidak Semua Makanan Bisa Dimakan Tangan—Kenali Batasannya
Di beberapa restoran fine dining, ada makanan yang secara tradisional dimakan dengan tangan, seperti roti kecil/ garlic bread. Namun, tetap ada aturan yang harus diperhatikan. Misalnya, roti dipatahkan sedikit demi sedikit, bukan digigit langsung. Lalu oleskan butter dari piring kecil, bukan dari pot butter utama.
Paham mana yang boleh dimakan tangan dan mana yang harus dengan alat makan sangat penting. Jika ragu, amati dulu orang lain di meja. Atau tunggu tuan rumah mulai. Kesalahan seperti mencelupkan roti langsung ke sup atau menggigit roti besar bisa menimbulkan kesan kurang paham etika.
7. Minuman Datang dalam Gelas Berbeda, Jangan Salah Ambil
Gelas untuk air putih biasanya paling besar dan bentuknya lebar. Gelas wine—baik red wine atau white wine—punya bentuk khusus yang tidak boleh tertukar. White wine biasanya disajikan dalam gelas lebih kecil dan dingin, sementara red wine menggunakan gelas lebar untuk membantu aroma keluar.
Jika tidak minum alkohol, cukup pegang gelas air. Jangan asal minum dari gelas di depan tanpa memastikan fungsinya. Salah ambil gelas bisa menciptakan kesan tidak siap atau canggung, terutama jika sedang bersama klien yang memperhatikan detail.
8. Perhatikan Gaya Duduk dan Cara Makan, Jangan Terlalu Santai
Postur tubuh saat makan juga masuk dalam etiket. Duduk tegak, jangan menyandar, dan jangan meletakkan siku di atas meja. Gunakan kedua tangan secara seimbang saat memotong dan menyendok makanan. Jangan membungkuk ke arah piring atau mencondongkan tubuh terlalu dekat.
Cara makan yang rapi menunjukkan kendali diri dan kepekaan terhadap suasana. Ini bukan berarti harus kaku, tapi cukup menjaga sikap profesional. Bahkan hal kecil seperti tidak mengunyah dengan mulut terbuka pun sangat diperhatikan dalam konteks formal.
9. Kenapa Harus Tahu Semua Ini? Karena Makan Adalah Bagian dari Diplomasi Kerja
Makan malam bukan sekadar makan malam. Dalam dunia kerja, banyak keputusan penting diambil sambil makan bersama. Bahkan promosi, pitching proyek, atau negosiasi bisa terjadi di meja makan. Orang yang memahami etika fine dining akan jauh lebih siap untuk mengelola kesan dan menunjukkan kualitas profesional.
Etika makan bukan soal gengsi. Ini soal kesiapan menghadapi dunia kerja yang lebih luas, terutama saat masuk ke lingkungan yang mengutamakan standar internasional. Paham fine dining berarti siap menghadapi klien mana pun, dari negara mana pun, di restoran jenis apa pun.