“Kelebihan kami adalah fleksibilitas penggunaan, yang mana jasa ini bisa digunakan pada berbagai sektor seperti pendidikan, seminar, workshop, dan pameran. Selain itu juga personalisasi ruang metaverse. Jadi setiap ruang bisa di custom sesuai dengan kebutuhan klien. Juga keunggulan kualitas aset yang tinggi karena menggunakan model 3D dan mampu menghasilkan detail visual yang bagus,” katanya.
Terlepas dari berbagai projek yang berhasil dilakukannya, dibutuhkan biaya yang cukup besar dalam pengembangan VR yang kompleks. Seperti penggunaan beberapa perangkat pendukung. Termasuk headset VR, lisensi software, server, dan pengembangan detail pembuatan ruang interaktif metaverse.
Meskipun memiliki keahlian dan pengalaman yang signifikan dalam mengembangkan teknologi interaktif dan metaverse, alumnus juga menyadari adanya tantangan dalam penerapannya di masyarakat.
Salah satu kendala utama yang dihadapi adalah kurangnya pemahaman dan kesadaran masyarakat terhadap teknologi tersebut. Hal ini mengakibatkan kesulitan dalam mencari klien atau mitra yang bersedia mengadopsi solusi inovatif yang ditawarkannya.
Dengan demikian, meskipun teknologi yang dikembangkannya memiliki potensi besar, penyebaran dan pemanfaatannya masih terkendala oleh tingkat literasi teknologi masyarakat yang belum merata.
“Meski begitu, saya bersyukur bisa berkuliah di UMM karena selalu mewadahi dan mendukung berbagai potensi mahasiswanya. Termasuk apa yang saya alami ini. Apalagi UMM memang memiliki visi untuk memanfaatkan teknologi dan pusat inovasi,” pungkasnya mengakhiri. (*)