MALANG, DISWAYMALANG.ID-- Bulan November memang layak disebut sebagai "Bulan Pahlawan". Dalam sebulan ini, bangsa Indonesia memperingati dua peristiwa bersejarah yang sangat penting dan keduanya berkaitan erat dengan perjuangan dan pengorbanan para pahlawan.
Tepat 10 November merupakan Hari Pahlawan. Tanggal ini menjadi simbol semangat juang rakyat Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan. Pertempuran Surabaya pada 10 November 1945 menjadi tonggak sejarah yang menunjukkan keberanian rakyat Indonesia dalam melawan penjajah.
Lalu 25 November, dieringati sebagai Hari Guru Nasional. Momen peringatan Hari Guru ini dikaitkan dengan tanggal berdirinya Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), sebuah organisasi yang berdedikasi untuk memajukan pendidikan di Indonesia.
Peringatan Hari Guru Nasional setiap tahunnya selalu diwarnai oleh berbagai kegiatan meriah. Mulai dari upacara bendera yang khidmat hingga perlombaan yang penuh semangat, semua dilakukan untuk menghormati jasa para guru.
Namun, di balik kemeriahan ini, terdapat sejumlah isu krusial yang masih menjadi tantangan dalam dunia pendidikan dan keguruan di Indonesia.
Kita semua merindukan masa di mana penghargaan terhadap guru bukan sekadar seremoni tahunan yang meriah. Tetapi tercermin dalam tindakan nyata.
Kita menginginkan guru ditempatkan pada posisi yang sesuai dengan perannya sebagai intelektual dan pilar pendidikan bangsa.
Kita berharap guru dapat menjalankan tugasnya dengan fokus, tanpa terbebani oleh urusan administratif yang berlebihan, risiko hukum yang mengintai, dan masalah kesejahteraan yang belum teratasi.
Kita ingin guru dapat berkonsentrasi penuh pada tugas utamanya, yaitu mendidik dan mengajar, tanpa harus memikirkan hal-hal lain di luar kompetensinya.
Kebahagiaan guru memiliki efek domino yang sangat signifikan. Seorang guru yang bahagia akan mampu menciptakan suasana belajar yang positif dan menyenangkan, sehingga siswa pun akan merasa lebih bahagia dan termotivasi untuk belajar.
Kebahagiaan guru juga akan berdampak positif pada lingkungan sekolah dan masyarakat secara keseluruhan. Namun, kenyataan yang terjadi saat ini menunjukkan bahwa banyak guru di Indonesia masih belum mencapai tingkat kebahagiaan yang optimal.
Hal ini terlihat dari banyaknya kasus kekerasan dan aksi demo yang dilakukan oleh guru. Serta, keluhan-keluhan yang sering muncul di media sosial terkait dengan beban kerja yang berlebihan dan ketidakjelasan status kepegawaian.
Kondisi ini menunjukkan bahwa guru di Indonesia belum sepenuhnya merdeka seperti yang dicita-citakan oleh Ki Hajar Dewantara, yaitu merdeka lahir batin.
Dengan penuh rasa syukur, mari kita ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh guru di Indonesia. Dedikasi dan pengorbanan Bapak/Ibu guru telah menjadi inspirasi bagi kami semua. Semoga di tahun-tahun mendatang, dunia pendidikan Indonesia semakin maju dan guru-guru semakin sejahtera.
Mari kita jadikan Hari Guru Nasional ini sebagai momentum untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan memberikan yang terbaik bagi generasi penerus bangsa.