MALANG, DISWAYMALANG.ID--Persiapan Hari Guru Nasional 2024 mulai terasa di berbagai penjuru tanah air. Peringatan tahunan yang jatuh pada tanggal 25 November ini, selalu dinantikan sebagai bentuk apresiasi atas jasa para pendidik. Berbagai kalangan, mulai dari pemerintah, lembaga pendidikan, hingga para siswa, tengah berlomba-lomba menyusun rangkaian acara yang meriah dan bermakna untuk menyambut hari istimewa ini.
Tidak hanya sebatas seremonial, peringatan Hari Guru Nasional 2024 juga diharapkan dapat menjadi momentum untuk merefleksikan kembali peran guru dalam membangun generasi bangsa. Berbagai tantangan yang dihadapi dunia pendidikan saat ini, seperti perkembangan teknologi dan perubahan sosial, menuntut guru untuk terus beradaptasi dan mengembangkan kompetensinya.
Sejumlah persiapan pun telah dilakukan. Mulai dari perlombaan, seminar, hingga pameran karya siswa.
Tema Hari Guru Nasional 2024Tahun ini, tema Hari Guru Nasional 2024 adalah 'Guru Hebat, Indonesia Kuat'. Tema ini diharapkan dapat menginspirasi seluruh komponen bangsa untuk terus meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.
Tema yang dipilih ini bertujuan untuk memberikan penghormatan dan penghargaan kepada seluruh guru di Indonesia. Berdasarkan informasi dari Kemendikdasmen tema ini juga ingin menyoroti peran penting guru dalam membimbing dan mengembangkan generasi muda Indonesia. Dengan demikian, diharapkan generasi muda dapat berkontribusi dalam membangun Indonesia menjadi negara yang kuat dan maju.
Tidak hanya tema, pemerintah juga memberikan sentuhan visual yang khas untuk perayaan Hari Guru Nasional 2024. Logo resmi yang dirilis menampilkan kombinasi warna merah dan putih yang kuat, serta tulisan yang relevan dengan tema perayaan. Logo ini diharapkan dapat menjadi identitas visual yang kuat untuk seluruh rangkaian kegiatan peringatan Hari Guru Nasional tahun ini.
Untuk memperingati Hari Guru Nasional tahun ini, pemerintah menganjurkan seluruh instansi terkait, mulai dari tingkat pusat hingga perwakilan Indonesia di luar negeri, untuk menyelenggarakan upacara bendera. Upacara ini akan dilaksanakan pada hari Senin dan akan berfokus pada tema Hari Guru Nasional 2024, sehingga diharapkan dapat meningkatkan semangat apresiasi terhadap jasa para guru.
Sejarah Hari Guru Nasional
Peringatan Hari Guru Nasional yang jatuh setiap tanggal 25 November merupakan tradisi yang dimulai pada masa pemerintahan Presiden Soeharto. Peringatan ini secara khusus ditujukan untuk menghormati dan menghargai jasa-jasa para guru yang tergabung dalam organisasi Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI). Sementara itu, peringatan Hari Guru Nasional tertulis dalam Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 78 Tahun 1994 tentang Hari Guru Nasional. Berdadarkan informasi dari situs resmi Kemdikbudristek, mengatakan Hari Guru Nasional bertepatan dengan berdirinya Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) pada tanggal 25 November 1945.
Organisasi ini mengalami perubahan nama beberapa kali. Sebelum dikenal sebagai PGRI, organisasi ini memiliki identitas yang berbeda. Diketahui saat itu pada tahun 1912 PGRI mempunyai nama Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB). Organisasi ini didirikan dengan tujuan untuk menghimpun seluruh tenaga pendidik dan kependidikan dalam satu wadah.
Walaupun PGHB sudah ada, namun organisasi ini dianggap gagal dalam memberikan perlakuan yang sama adil bagi semua anggotanya. Akibatnya, PGHB terpecah menjadi dua organisasi yang lebih kecil, yaitu Persatuan Guru Bantu (PGB) dan Perserikatan Guru Desa (PGD).
Kompak Mengusung Nama PGI
Tahun 1932 menandai tonggak sejarah baru bagi organisasi guru, ketika PGHB secara resmi berganti nama menjadi Persatuan Guru Indonesia (PGI). Namun, perubahan nama ini tidak berjalan mulus karena mendapat tentangan dari pihak Belanda yang keberatan dengan penggunaan kata "Indonesia" dalam nama organisasi tersebut.
Meskipun di awal pembentukannya nama PGI sempat menuai kritik, organisasi ini tetap mempertahankan namanya hingga Belanda meninggalkan Indonesia. Sayangnya, semangat nasionalisme yang terkandung dalam nama PGI tidak dapat berlanjut saat Jepang menduduki Indonesia, karena semua aktivitas organisasi, termasuk PGI, dilarang. Selain itu, elama masa pendudukan Jepang terdapat larangan tegas terhadap segala bentuk kegiatan organisasi, termasuk kegiatan di bidang pendidikan. Akibatnya, seluruh sekolah diharuskan menghentikan aktivitas belajar mengajar.
Setelah kemerdekaan Indonesia, semua larangan yang membatasi kegiatan pendidikan dicabut. Hal ini mendorong para guru untuk mengadakan Kongres Guru Indonesia pada 24-25 November 1945 untuk membicarakan masa depan pendidikan di Indonesia yang baru merdeka dalam Kongres Guru Indonesia. Kongres Guru Indonesia yang dipimpin tokoh-tokoh seperti Amin Singgih dan Rh. Koesnan diselenggarakan di Sekolah Guru Puteri Surakarta.