Harga Emas Diprediksi Naik 15% pada 2026, Perak Tembus 30%

Minggu 28-12-2025,20:00 WIB
Reporter : Mohammad Khakim
Editor : Mohammad Khakim

“Harga perak meledak akibat kekurangan pasokan global yang parah,” tulis analis dari Bull Theory di X.

“Pasar fisik tak lagi mampu memenuhi lonjakan permintaan. Perak tidak reli karena ketakutan, melainkan karena tekanan pasokan nyata yang terjadi secara real time.”

“Lonjakan harga emas spot di atas USD4.500 per ons dan perak yang menembus kisaran USD71–USD72, mendorongnya ke posisi aset terbesar keempat dunia berdasarkan kapitalisasi pasar, mencerminkan pergeseran yang jelas menuju aset lindung nilai di tengah likuiditas yang mengetat dan volatilitas tinggi di pasar berisiko,” kata Ryan Lee, kepala analis di bursa Bitget, dalam komentar email.

“Pergerakan ini menandakan ketidakpastian makro yang lebih dalam dan berpotensi berlanjut hingga 2026, saat investor melakukan lindung nilai terhadap risiko inflasi yang persisten, ketegangan geopolitik, dan prospek pertumbuhan yang tidak merata. Yang penting, kekuatan logam mulia ini turut memengaruhi sentimen aset digital," ujar Ryan Lee.

BACA JUGA:Realisasi Investasi Kota Malang Capai Rp2,3 T, Masih Kurang Rp900 M dari Target 2025

Ketika emas dan perak kembali menarik modal, kata Ryan Lee, narasi bitcoin sebagai ‘emas digital’ kembali menguat, memposisikan kripto sebagai penyimpan nilai alternatif, bukan sekadar aset spekulatif.

"Secara historis, reli komoditas yang berkelanjutan kerap beriringan dengan minat baru terhadap kripto, dan dinamika ini dapat memicu pemulihan yang lebih luas di pasar aset digital,” ujarnya

Mundada juga menyoroti ekspektasi pemangkasan suku bunga lanjutan oleh The Fed pada 2026, gejolak geopolitik, serta de-dolarisasi ketika bank sentral mendiversifikasi cadangan menjauh dari dolar AS. “Kita sedang memasuki era moneter baru yang multipolar,” tulisnya.

Peringatan tentang Kemunduran Dolar AS

Sejumlah komentator lain juga menggemakan peringatan tentang kemunduran dolar AS, bahkan dengan nada yang lebih ekstrem. “Masa kejayaan ‘King Dollar’ akan segera berakhir,” tulis Peter Schiff, ekonom dan ahli strategi global Euro Pacific, di X.

“Emas akan mengambil alih tahta sebagai aset cadangan utama bank sentral. Artinya dolar AS akan anjlok terhadap mata uang fiat lain, dan ‘kenikmatan gratis’ Amerika dalam sistem global akan berakhir. Bersiaplah menghadapi keruntuhan ekonomi bersejarah.”

BACA JUGA:Mayoritas Perusahaan Anggap Media Sosial Kunci Strategi Bisnis di 2025

Namun, karena harga bitcoin belum ikut naik seiring emas dan perak dalam beberapa bulan terakhir, sebagian pihak kini menilai bitcoin masih undervalued.

“Dengan pasar saham AS terus mencetak kenaikan dan logam mulia—seperti emas, perak, dan tembaga—baru-baru ini mencatat rekor tertinggi, tanda-tanda panas berlebih mulai muncul di aset berisiko tradisional,” tulis Yuya Hasegawa, analis pasar bitcoin dan kripto di Bitbank (Tokyo), dalam catatan email.

Tags :
Kategori :

Terkait