Dari Korporasi ke Kampus: Haruskah Universitas Dikelola dengan Cara Berpikir Seorang CEO?

Selasa 23-12-2025,14:46 WIB
Reporter : Elsa Amalia Kartika Putri
Editor : Mohammad Khakim

LOWOKWARU, DISWAYMALANG.ID--Tidak semua orang yang telah menghabiskan belasan tahun di dunia korporasi dengan mudah memilih kembali ke kampus. Apalagi meninggalkan posisi strategis, pengalaman lintasindustri, dan jejaring profesional yang matang.

Namun pilihan itulah yang diambil Dr Edi Purwanto STP MM atau kerap disapa Edi Ortega, direktur utama Brawijaya Multiusaha (BMU) yang merupakan holding usaha Universitas Brawijaya. Ia memutuskan menutup satu bab karier panjangnya di luar, lalu membuka bab baru sebagai penggerak ekonomi kampus.

Lulus sebagai sarjana Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya (UB) pada 1999, Edi tak langsung meniti jalur akademik. Ia justru “nyemplung” ke dunia industri. Kariernya dimulai dari sektor keuangan. Berlanjut ke lembaga microfinance yang fokus pada pemberdayaan UMKM khususnya perempuan, hingga perusahaan asuransi. Namun perjalanan terpanjangnya ditempuh di industri agrochemical.

“Saya paling lama di perusahaan saprodi, agrochemical. Dari 2004 sampai 2018. Sekitar 16–17 tahun,” ujarnya.

Di tengah kesibukan sebagai profesional, Edi justru kembali ke dunia akademik. Berbekal kepercayaan perusahaan atas kinerjanya, ia melanjutkan studi magister dan doktoral di UB, bidang ekonomi dan manajemen.

Gelar doktor ia raih pada 2020. Setahun kemudian, ia mulai mengajar sebagai dosen agribisnis yang membawa pengalaman lapangan langsung ke ruang kelas.

BACA JUGA:UB Masuk Enam Besar Perguruan Tinggi Terbaik Nasional Versi UNIRANKS, Perkuat Daya Saing Global

Namun titik balik sesungguhnya terjadi pada 2023, ketika UB resmi berstatus Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTNBH). Status ini membuka ruang baru, yakni kampus boleh mendirikan dan mengelola perusahaan secara profesional.

Maka lahirlah PT Brawijaya Multiusaha, resmi berdiri pada 9 Januari 2024. Dan Edi diminta memimpinnya. “Memang dari dulu saya punya keinginan, kalau sudah cukup di luar, saya ingin mengabdi di kampus,” katanya.

Edi menambahkan, “Ini saya kira sebagai bentuk pengabdian saya. Saya sudah punya pengalaman cukup lama di luar, ini sudah saatnya saya ikut membesarkan kampus dengan cara dan kemampuan saya.”

Membangun Perusahaan, Mengubah Cara Berpikir

Ketika Edi mulai menjabat, BMU tidak berdiri dari nol. Ada tujuh unit usaha lama yang sudah berjalan. Namun baginya, tantangan utamanya bukan jumlah unit, tetapi cara berpikir. “PR pertama saya adalah bagaimana mengubah culture usaha akademik menjadi culture usaha berbasis bisnis,” ujarnya lugas.

BACA JUGA:Limbah Pertanian Jadi Pakan, Tim UB Perkuat Ketahanan Pakan Sapi Madura di Bangkalan

Ia melihat bahwa unit-unit yang ada belum dikelola dengan prinsip tata kelola perusahaan. Tidak ada target. Tidak ada orientasi efisiensi. Bahkan belum terbiasa dengan kewajiban dasar seperti pajak dan profitabilitas.

Langkah pertama yang ia lakukan adalah assessment menyeluruh. Bukan hanya keuangan, tetapi juga sumber daya manusia. Setiap orang dipetakan potensinya, lalu ditempatkan ulang sesuai kapasitasnya.

Ada yang dipertahankan, ada yang dirotasi, ada pula profesional dari luar yang “di-inject” ke dalam organisasi. “Karena perusahaan ini dijalankan oleh SDM, maka langkah pertama saya ya membenahi SDM-nya,” ujarnya.

Kategori :