Hari Perhubungan Darat 22 November: Trans Jatim Solusi Awal di Malang Raya, LRT dan Kereta Gantung Ditunggu
Hari Perhubungan Darat Nasional--Freepik
MALANG, DISWAYMALANG.ID--Peringatan Hari Perhubungan Darat Nasional 22 November menjadi momentum penting bagi MALANG Raya. Terutama setelah dua hari sebelumnya, 20 November 2025, wilayah ini meresmikan operasional Bus Trans Jatim. Menghubungkan Kota MALANG, Kabupaten MALANG, dan Kota Batu. Di tengah meningkatnya beban lalu lintas dan ketergantungan pada kendaraan pribadi, peringatan tahun ini menggarisbawahi urgensi pembenahan transportasi darat yang aman, modern, dan inklusif.
Hari Perhubungan Darat Nasional (Har-PerDar) diperingati setiap 22 November sejak dicanangkan Kementerian Perhubungan pada 1971. Momen ini dimaksudkan untuk menghargai peran vital sektor transportasi darat. Mulai angkutan umum, jalan raya, hingga fasilitas pejalan kaki, sebagai tulang punggung mobilitas masyarakat.
Fokus peringatannya meliputi peningkatan keselamatan, efisiensi, ketersediaan akses, dan modernisasi sistem transportasi darat. Tujuannya mencakup peningkatan kualitas dan kuantitas layanan transportasi darat, menekan kemacetan, memperbaiki keselamatan lalu lintas, serta mendorong akses transportasi yang inklusif dan efisien.
BACA JUGA:Membeludak Ada yang Berdiri, Penumpang Bus Trans Jatim Pemberangkatan Pukul 08.00 di Kota Batu
Lonjakan Kendaraan Pribadi Menekan Kapasitas Jalan di Malang Raya
Tren pertumbuhan kendaraan pribadi di Malang Raya menunjukkan peningkatan signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Di Kota Malang, jumlah sepeda motor terus melonjak dan kini mencapai ratusan ribu unit, dengan ribuan penambahan baru tiap tahun. Lonjakan ini membuat jalan-jalan utama seperti Soekarno–Hatta, Ijen, Tlogomas, dan kawasan kampus makin padat.
Selama momen liburan dan mudik 2024, Malang Raya mencatat peningkatan lebih dari 14.200 mobil yang masuk melalui pintu tol Singosari, Lawang, dan Pakis. Bahkan pada hari-hari biasa, kepadatan kendaraan di jalur-jalur wisata seperti Batu – Pujon dan Kota Batu – Karangploso sering berada di atas angka normal.
Minimnya Ketertarikan pada Angkutan Umum Tradisional
Data Rencana Pembangunan Daerah Kota Malang 2024–2026 menunjukkan penurunan angka uji KIR angkutan umum. Penurunan ini mencerminkan dua persoalan. Dari berkurangnya jumlah armada laik jalan dan merosotnya ketertarikan masyarakat pada angkutan umum seperti angkot. Banyak mahasiswa dan pekerja memilih kendaraan pribadi karena mobilitas tinggi dan minimnya kenyamanan angkutan umum konvensional.
Kehadiran Trans Jatim di Tengah Kebutuhan Mode Transportasi Baru
Melalui Trans Jatim, Malang Raya mulai memiliki moda transportasi publik yang lebih modern, terjadwal, dan terjangkau. Keberadaan armada besar dengan rute strategis membuat moda ini punya peluang besar untuk menarik pengguna kendaraan pribadi. Terutama mahasiswa yang mendominasi populasi mobilitas harian di Kota Malang.
Hadirnya Trans Jatim memberi harapan baru: jika koridor baru berhasil dikembangkan. Serta didukung dengan infrastruktur transportasi terpadu (halte, terminal, integrasi moda lain), mobilitas warga lokal dan wisatawan bisa jauh lebih baik dan berkelanjutan.
BACA JUGA:Susul Sukses Bus Trans Jatim, Pemprov Luncurkan Kapal Trans Laut Akhir November Ini, Catat Rutenya!
LRT di Malang Raya yang Berkutat di Wacana
Kehadiran Bus Trans Jatim menjadi langkah awal yang strategis dan positif dalam upaya penataan transportasi di Malang Raya. Namun, penyelesaian persoalan transportasi secara menyeluruh memerlukan upaya berkelanjutan. Diperlukan solusi jangka panjang yang terprogram berbarengan dengan terus bertambahnya kendaraan pribadi di Malang Raya.
Sayangnya, proyek Light Rail Transit (LRT) untuk wilayah Kota Malang Raya yang digagas Pemkot Malang era Wali Kota Sutiadji hingga saat ini berhenti pada tataran wacana. Pada 2020, sempat berembus kabar Pemkot Malang menyepakati investasi dari China untuk proyek ini senilai Rp 36 triliun, namun kemudian batal. Disepakati proyek ini didanai investor lokal Kota Malang.
Diperkirakan trace awal mencapi 35 kilometer dengan anggaran sekitar Rp 450 miliar per kilometernya. Jumlah trase tersebut nantinya akan bertambah, mengingat rencananya juga akan melintasi Malang Raya, termasuk Kota Batu dan Kabupaten Malang, menjadi 100 kilometer.
Nantinya, LRT tersebut akan berbentuk menyerupai kapsul dengan kapasitas kurang lebih hingga 60 penumpang per kapsul. Pemkot Malang bersama Pemkot Batu dan Pemkab Malang juga sudah ke pusat untuk membahas rencana proyek LRT tersebut.
"Kita akan bantu fasilitasi untuk pembangunan LRT karena kita sudah ada pengalaman buat LRT di Jakarta," kata Menko Investasi dan Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan dalam keterangan persnya, Jakarta, Selasa (27/4/2021).
Luhut menyampaikan hal itu dalam dialog bersama tiga kepala daerah di kawasan Malang Raya, yakni Wali Kota Batu Dewanti Rumpoko, Wali Kota Malang Sutiaji, dan Bupati Malang HM Sanusi.
Belajar dari pengalaman pembangunan LRT di Jakarta, Luhut meyakini Indonesia bisa membangun sendiri angkutan massal ini. Sehingga tidak perlu lagi impor. Unit kereta yang digunakan, pabrik PT INKA di Madiun mampu memproduksi. Namun hingga ini, LRT masih tetap mandek di wacana.
Kereta Gantung di Kota Batu yang ‘Menggantung’
Luhut juga bicara soal pembangunan di Kota Batu, di sana pemerintah berkomitmen memfasilitasi pembangunan kereta gantung. Dia yakin, pembangunan proyek ini akan jalan karena dia mendengar bahwa masyarakat pun ikut terlibat dengan menanamkan investasi disana.
Sayangnya, proyek kereta gantung di Batu yang sudah hampir matang, kembali ke titik nol pada April 2022. Kepala Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) Provinsi Jawa Timur Mohammad Yasin pada Maret 20244 mengatakan, sebenarnya penetapan trase jalur KA umum (kereta gantung) sudah ditetapkan oleh Gubernur Jatim dan Wali Kota Batu pada April 2022.
"Namun Juni 2022, Kusuma Agrowisata sebagai penyedia lahan mengundurkan diri dari proyek tersebut. Akibatnya lokasi stasiun bergeser sejauh 100 meter ke lahan Perhutani," jabarnya ketika menghadiri Musrenbang Kota Batu, Selasa (26/3/2024).
Tak hanya itu, pada Mei 2023 PT INKA yang merupakan inisiator dari proyek tersebut juga turut mengundurkan diri. "Hal-hal tersebut yang akan menjadi PR kami ke depan dalam pembangunan infrastruktur di Kota Batu."
Sumber: detiknews
