1 tahun disway

24 Agustus Hari Lahir Mohammad Yamin. Sang Perumus Sumpah Pemuda yang Lahir di Bulan Kemerdekaan

24 Agustus Hari Lahir Mohammad Yamin. Sang Perumus Sumpah Pemuda yang Lahir di Bulan Kemerdekaan

Mohammad Yamin, lahir 24 Agustus 1903, tokoh perumus Sumpah Pemuda dan penggagas Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan.--Koleksi Perpustakaan Nasional RI

MALANG, DISWAYMALANG.ID-- Tanggal 24 Agustus 1903, di sebuah kota tambang batubara bernama Talawi, Sawahlunto, Sumatera Barat, lahirlah seorang anak Minangkabau yang kelak menjadi sosok sentral dalam sejarah persatuan Indonesia yaitu Mohammad Yamin.

Sejak muda, Yamin menonjol sebagai anak cerdas yang gemar membaca. Pendidikan dasar ia tempuh di HIS (Hollands Inlands School) Palembang, lalu menekuni bidang pertanian di Cisarua, Bogor, sebelum melanjutkan ke AMS Yogyakarta.

Namun, puncak pendidikannya adalah saat ia menempuh studi hukum di Recht Hogeschool (RHS) Jakarta dan meraih gelar Meester in de Rechten pada 1932.

Di sinilah, gagasan-gagasan nasionalisme dan persatuan makin matang, terbentuk dari pertemuan dengan berbagai tokoh pergerakan.

Sastrawan, Sejarawan, dan Pelopor Soneta

Selain dikenal sebagai politikus dan pejuang, Yamin adalah sastrawan pelopor soneta dalam sastra modern Indonesia.

Puisinya yang penuh imajinasi tidak hanya bicara tentang cinta personal, tetapi juga cinta pada tanah air.

Salah satu karya terkenalnya, Indonesia Tumpah Darahku (1928), terbit bersamaan dengan momentum Kongres Pemuda II.

Keistimewaan Yamin terletak pada kemampuannya menggabungkan sastra Barat dengan akar budaya Nusantara.

Ia menulis sejarah besar tokoh bangsa, seperti Ken Arok dan Ken Dedes (1943), Gadjah Mada (1946), hingga Pangeran Diponegoro (1950).

Dengan demikian, Yamin tidak hanya dikenang sebagai politikus, tetapi juga pencatat jejak peradaban bangsa melalui karya sastra dan sejarah.

Peran Penting dalam Sumpah Pemuda

Kongres Pemuda II pada 27 hingga 28 Oktober 1928 menjadi panggung bersejarah bagi Yamin. Sebagai sekretaris kongres, ia tidak hanya menjalankan tugas administratif, tetapi juga memberikan semangat lewat pidato lantang yang menggelorakan ide persatuan.

Dari balik meja notulen, Yamin diam-diam menyusun sebuah naskah yang kemudian dibacakan sebagai ikrar Sumpah Pemuda.

Seperti dicatat Majalah Tempo edisi 2 November 2002, Yamin merumuskan rancangan sumpah itu ketika Mr. Sunario sedang berpidato.

Ikrar itulah yang kini kita kenal dengan tiga kalimat sakral yaitu satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa Indonesia.

Sumber: majalah tempo