Dua Tahun Berdiri, Kinerja Brawijaya Multiusaha Melonjak: Unit Usaha Berlipat, Laba Tumbuh Dua Digit
Hampir dua tahun berdiri, PT Brawijaya Multiusaha tumbuh signifikan. Publik menyoroti dampaknya bagi kampus, mahasiswa, dan masa depan pendidikan.-Elsa Amalia Kartika Putri-Disway Malang
LOWOKWARU, DISWAYMALANG.ID--Hampir dua tahun sejak resmi berdiri pada 9 Januari 2024, PT Brawijaya Multiusaha (BMU) menunjukkan laju pertumbuhan yang signifikan sebagai holding usaha Universitas Brawijaya (UB). Di bawah kepemimpinan Direktur Utama BMU Dr Edi Purwanto STP MM, perusahaan kampus ini mencatat peningkatan kinerja unit usaha, keuangan, serta tata kelola yang kian profesional.
BMU lahir seiring perubahan status Universitas Brawijaya menjadi Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTNBH), yang memberi ruang bagi kampus untuk mengelola badan usaha secara mandiri dan berkelanjutan.
Saat awal berdiri, BMU menerima mandat mengelola tujuh unit usaha lama. Dalam kurun waktu kurang dari dua tahun, jumlah tersebut berlipat ganda menjadi 14 unit usaha. Ditambah satu anak perusahaan baru di bidang pelatihan dan konsultasi.
“PR pertama saya adalah bagaimana mengubah culture usaha akademik menjadi culture usaha berbasis bisnis,” ujar Edi ditemui Disway Malang di kantornya, Selasa (23/12).
Transformasi Tata Kelola dan SDM
Menurut Edi, tantangan utama BMU pada fase awal bukan sekadar ekspansi bisnis, namun perubahan pola pikir organisasi. Unit-unit yang sebelumnya dikelola dengan pendekatan akademik harus beradaptasi dengan prinsip tata kelola perusahaan modern —mulai target kinerja, efisiensi, hingga kepatuhan keuangan.
BACA JUGA:Dari Korporasi ke Kampus: Haruskah Universitas Dikelola dengan Cara Berpikir Seorang CEO?
“Selama ini kan tidak pernah dituntut target, tidak pernah dituntut profit, tidak pernah berpikir pajak dan efisiensi. Itu yang harus saya ubah,” katanya.
Langkah awal yang dilakukan manajemen adalah assessment menyeluruh terhadap SDM dan tata kelola keuangan. Dari proses tersebut, BMU menerapkan strategi campuran: mempertahankan manajer yang potensial, merotasi posisi yang tidak tepat, serta meng-inject profesional dari luar untuk memperkuat kompetensi internal.
“Dari situ mulai terbentuk tim yang solid. Ada perubahan cara pandang, ada perubahan budaya kerja,” jelasnya.
Kinerja Keuangan Tumbuh Konsisten
Transformasi internal tersebut berbanding lurus dengan kinerja keuangan. Pada tahun pertama operasional (2024), BMU mencatat kenaikan pendapatan sekitar 25–30 persen, disertai pertumbuhan laba bersih sekitar 20 persen. Tren positif itu berlanjut di tahun kedua, dengan kenaikan pendapatan kembali mencapai sekitar 30 persen dan laba meningkat dua digit.
BACA JUGA:UB Masuk Enam Besar Perguruan Tinggi Terbaik Nasional Versi UNIRANKS, Perkuat Daya Saing Global
“Alhamdulillah, hampir dua tahun ini kinerjanya signifikan. Pendapatan naik, laba juga naik, dan itu konsisten,” ujar Edi.
Dari sisi kontributor pendapatan, saat ini unit usaha UB Guest House menjadi penyumbang pendapatan dan laba terbesar. Disusul Brawijaya Learning Center serta Sport Center UB, yang mengelola beragam layanan olahraga mulai pusat kebugaran, lapangan olahraga, hingga fasilitas pendukung.
Selain itu, BMU juga mulai memperluas bisnis food and beverage melalui pengembangan merek Brewijaya, yang telah beroperasi di beberapa lokasi di luar kampus. Langkah ini menjadi bagian dari strategi agar BMU tidak hanya kuat secara captive market internal, tetapi juga memiliki daya saing eksternal.
Digitalisasi dan Kesejahteraan Karyawan
Sumber: liputan khusus
