Generasi Menunda Nikah: Antara Cita-Cita, Realitas Ekonomi, dan Pergeseran Budaya Gen Z!
Ilustrasi menikah--iStockphoto
Ada yang ingin cepat, ada yang menunda, bahkan ada yang merasa tidak perlu menikah sama sekali.
Tantangan Finansial, Biaya Nikah Jadi Momok
Jika ada satu faktor yang paling sering muncul sebagai hambatan, jawabannya adalah keuangan.
Pernikahan bukan hanya soal janji suci, tetapi juga pesta, biaya administrasi, tempat tinggal, hingga rencana hidup setelah menikah.
- 64 persen anak muda mengaku mengatur anggaran pernikahan menjadi tantangan utama.
- 73 persen Gen Z dan 79 persenMilenial menyebutkan keuangan adalah topik paling sering dibicarakan dengan pasangan.
Hal ini mencerminkan realitas: biaya hidup semakin tinggi, harga kebutuhan dasar melonjak, dan ekspektasi sosial terkait pesta pernikahan juga ikut membebani anak muda.
Akibatnya, banyak yang memilih menunda pernikahan sampai benar-benar siap secara finansial.
Pergeseran Budaya dan Pola Pikir
Pergeseran cara pandang anak muda terhadap pernikahan juga dipengaruhi oleh akses informasi dan teknologi.
Media sosial memperlihatkan banyak gaya hidup baru yakni menikah di usia lebih matang, memilih hidup mandiri lebih lama, atau bahkan fokus pada passion dan mimpi pribadi.
Jika generasi terdahulu menikah dini karena dianggap “sudah waktunya”, generasi sekarang cenderung lebih rasional dan selektif.
Mereka ingin memastikan kesiapan bukan hanya secara mental dan spiritual, tetapi juga material.
Fenomena menurunnya angka pernikahan anak muda Indonesia menunjukkan bahwa pernikahan tidak lagi dipandang sebagai keharusan yang harus segera dilakukan, melainkan pilihan yang penuh pertimbangan.
Generasi Z dan Milenial menunda pernikahan bukan karena menolak nilai keluarga, melainkan karena ingin membangun fondasi yang kuat terlebih dahulu antara lain pendidikan, karier, dan stabilitas finansial.
Di tengah dinamika ini, jelas terlihat bahwa pernikahan bagi anak muda Indonesia kini bukan sekadar tradisi, tetapi keputusan hidup besar yang membutuhkan kesiapan menyeluruh.
Sumber: survei jakpat (2025)
