8 Oktober Juga Memperingati Hari Disleksia Sedunia: Hapus Stigma dan Rayakan Keberagaman Cara Belajar
--iStockphoto
Banyak tokoh besar yang hidup dengan disleksia namun berhasil menorehkan prestasi luar biasa.
Albert Einstein, Leonardo da Vinci, Agatha Christie, hingga Tom Cruise, semuanya menunjukkan bahwa disleksia bukan batasan. Melainkan bentuk kecerdasan alternatif yang menuntun pada kreativitas dan inovasi.
Mereka menjadi bukti nyata bahwa setiap individu memiliki potensi luar biasa jika diberi ruang dan dukungan yang tepat.
Langkah Nyata Membangun Inklusi dan Pemahaman
Peringatan Hari Disleksia Sedunia kini menjadi momentum tahunan yang menggerakkan banyak pihak untuk menciptakan lingkungan belajar yang lebih inklusif dan suportif. Dari sekolah, komunitas, hingga organisasi sosial
Kegiatan seperti seminar, pelatihan guru, kampanye media sosial, hingga penyuluhan edukatif rutin digelar untuk meningkatkan kesadaran masyarakat.
Tujuannya sederhana namun bermakna. Seperti memastikan bahwa setiap anak, apa pun gaya belajarnya, memiliki hak yang sama untuk berkembang dan berhasil.
Mengenali Tanda-Tanda Disleksia Sejak Dini
Ciri-ciri disleksia sering muncul sejak usia prasekolah. Anak-anak dengan disleksia biasanya:
- Terlambat berbicara dan kesulitan mengingat kata baru.
- Membalikkan bunyi dalam kata atau huruf ketika berbicara.
- Sulit mengenali huruf, angka, dan bentuk sederhana.
- Tidak mudah mengingat lagu anak-anak atau permainan berima.
Deteksi dini menjadi langkah penting agar anak dengan disleksia mendapat dukungan pembelajaran yang sesuai.
Belajar Tanpa Batas, Berbeda Tanpa Diskriminasi
Peringatan Hari Disleksia Sedunia bukan sekadar pengakuan atas sebuah perbedaan. Tetapi perayaan atas keberagaman cara manusia memahami dunia.
Hari ini mengingatkan kita untuk terus membuka mata dan hati bahwa pendidikan sejati bukan tentang keseragaman. Melainkan tentang memahami perbedaan, menghargai potensi, dan memberi ruang bagi setiap anak untuk bersinar dengan caranya sendiri.
Sumber: rri.co.id
