24 April, International Day of Multilateralism and Diplomacy, Kenali Dunia Diplomasi Lewat Karya-Karya Ini!
Peringatan Hari Multilateral dan Diplomasi Antar Negara Untuk Perdamaian-pinterest-
4. Thirteen Days (2000): Krisis Kuba dan Kekuatan Negosiasi Multilateral
Film ini membawa penonton ke tengah krisis nuklir antara AS dan Uni Soviet pada 1962. Ketegangan meningkat, dunia berada di ambang perang nuklir. Namun, lewat jalur diplomasi, dua kutub ideologi besar akhirnya menemukan titik temu.
Thirteen Days adalah bukti sejarah tentang bagaimana negosiasi dan komunikasi multilateral bisa menyelamatkan jutaan nyawa. Di balik strategi militer, ada kekuatan diplomasi yang tidak pernah tampil di headline—tapi justru menjadi penentu utama arah sejarah dunia.
5. Soft Power – Joseph Nye: Kekuatan yang Tak Terlihat Tapi Terasa
Konsep soft power menjadi salah satu alat penting dalam diplomasi modern. Buku ini menjelaskan bagaimana negara-negara membangun pengaruh melalui budaya, media, dan nilai-nilai tanpa harus mengangkat senjata.
Di era multilateralisme, soft power menjadi perekat antarbangsa. Ketika perbedaan ideologi membuat negosiasi formal buntu, budaya populer, pendidikan, dan teknologi bisa membuka jalan dialog yang lebih cair. Nye mengajak pembaca memahami bahwa kekuatan bukan hanya soal militer, tapi juga tentang menjadi negara yang "disukai".
6. The Art of Diplomacy – Bruce Heyman: Diplomasi Dimulai dari Relasi Personal
Memoar Bruce Heyman sebagai duta besar AS untuk Kanada tidak bicara soal konflik global, tapi tentang membangun hubungan dari hal kecil. Makan malam, kunjungan lokal, dan percakapan informal ternyata punya efek besar dalam mempererat kerja sama lintas negara.
Multilateralisme yang berhasil tidak hanya bergantung pada kesepakatan tertulis, tapi juga pada kepercayaan. Buku ini menjadi pengingat bahwa kerja sama antarbangsa adalah hasil dari relasi manusiawi. Di tengah kerumitan protokol, justru empati yang bisa membuka pintu-pintu perdamaian.
7. Why Nations Go to War – John Stoessinger: Salah Baca Pemimpin Bisa Picu Perang
Buku ini membedah keputusan-keputusan fatal pemimpin dunia yang memilih jalan perang. Salah satunya karena gagal memahami motif dan tekanan pihak lawan. Stoessinger memberi pelajaran bahwa membaca karakter penting dalam strategi diplomatik.
Dalam kerja multilateral, kepekaan psikologis menjadi kebutuhan dasar. Tanpa itu, upaya diplomasi damai bisa berubah jadi pemicu konflik. Buku ini mengajak pembaca untuk memahami bahwa kesalahan bukan selalu di atas meja—sering kali, ia lahir dari persepsi yang keliru terhadap niat pihak lain.
8. Lincoln (2012): Negosiasi Tak Harus Antar Negara
Film tentang perjuangan Abraham Lincoln meloloskan Amandemen ke-13 menunjukkan bahwa diplomasi juga berlangsung di dalam negeri. Strategi, kompromi, dan persuasi menjadi alat untuk mengubah nasib satu bangsa.
Multilateralisme sejati dimulai dari dalam negeri. Ketika suatu negara bisa berdialog dengan berbagai kepentingan internalnya, ia lebih siap hadir di forum global. Lincoln memberi contoh bahwa kerja damai bukan hanya antarnegara, tapi juga antarindividu dalam satu sistem demokrasi.
Sumber: reddit
