Meriah dan Penuh Makna, Grebeg Ketupat Syawal 1446 H Kota Batu Jadi Simbol Syukur dan Pelestarian Budaya

Meriah dan Penuh Makna, Grebeg Ketupat Syawal 1446 H Kota Batu Jadi Simbol Syukur dan Pelestarian Budaya

Grebeg Kupat 1446 H kembali meneguhkan identitas budaya dan religius Kota Batu, Jumat (11/4)--Tazqia Aulia Zalzabillah

BATU, DISWAYMALANG.ID-- Kota Batu kembali meneguhkan identitas budaya dan religiusnya melalui perhelatan Grebeg Ketupat Syawal 1446 Hijriyah yang digelar pada Jumat sore (11/4). 

Meski hujan mengguyur tanpa henti sejak siang, semangat warga dan wisatawan tak surut menyambut arak-arakan tiga gunungan besar berisi ketupat dan hasil bumi yang diarak dari Rumah Dinas Wali Kota menuju Alun-Alun Kota Batu.

BACA JUGA:Jangan Ketinggalan! Jumat Besok Ada Grebeg Ketupat Syawal 2025 Kota Batu

Grebeg Ketupat bukan sekadar festival, tetapi menjadi wujud rasa syukur masyarakat Kota Batu atas nikmat Idul Fitri serta bagian dari upaya pelestarian tradisi leluhur. 

Kupatan atau riyoyo kupat merupakan tradisi turun-temurun yang sarat makna, di mana masyarakat berbagi makanan seperti ketupat, lontong, lepet, dan lauk pauk sebagai simbol syukur dan doa.

“Ini bukan sekadar festival. Ini adalah nyanyian syukur yang ditinggikan, doa yang dipanjatkan lewat ketupat dan hasil bumi atas perlindungan, kebahagiaan dan rezeki yang dilimpahkan dari langit kepada tanah Kota Batu,” ujar Wali Kota Batu, Nurochman, di hadapan ribuan peserta yang memadati area acara.

Tiga gunungan megah berisi ketupat dan hasil bumi diarak perlahan, ibarat persembahan dari tanah subur kepada langit yang bersedih. Meski diguyur hujan, suasana justru menjadi syahdu. Tarian tradisi, lantunan doa, dan senyum-senyum warga menggigil namun tetap bersinar menambah kekhidmatan suasana. 

Puncak acara pun berlangsung meriah saat gunungan diangkat tinggi dan disambut antusias oleh lautan manusia yang berebut berkah.

“Tradisi ini harus kita kembangkan dan terus kita jaga. Ini merupakan tradisi dari masyarakat Kota Batu setelah satu minggu perayaan Idulfitri kita merayakan riyoyo kupat, sebagai ungkapan rasa syukur dan doa kepada Allah SWT setelah menjalani ibadah Ramadan,” lanjut Wali Kota Nurochman. “Kupat lepet lontong janur, kuat slamet panjang umur. Semoga menjadi momentum pelestarian budaya kearifan lokal dan meningkatkan kunjungan wisata, khususnya wisata budaya.”

Acara ini turut dihadiri Ketua TP PKK Kota Batu, Siti Faujiyah Nurochman, jajaran Forkopimda, Sekretaris Daerah Kota Batu, para Kepala OPD, tokoh masyarakat, serta para pelestari seni budaya yang membaur bersama masyarakat dan wisatawan.

BACA JUGA:Penutupan Jalan Sementara di Kota Batu untuk Mendukung Kegiatan Grebeg Ketupat Syawal 1446 H

Dijadikan Daya Tarik Wisata Batu

Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata Kota Batu, Onny Ardianto, menyampaikan bahwa event ini melibatkan lebih dari 300 kelompok seni binaan Disparta Kota Batu.

“Event Seni Budaya Grebeg Ketupat Syawal 1446 Hijriyah merupakan wujud pelestarian warisan budaya dan tradisi kultural yang telah mengakar kuat di tengah masyarakat Kota Batu. Ini adalah simbol rasa syukur untuk mempererat tali silaturahmi dan persaudaraan,” tutur Onny.

Dengan keberhasilan acara tahun ini, harapan pun mengalir agar Grebeg Ketupat terus digelar tiap tahunnya sebagai salah satu ikon budaya Kota Batu, serta menjadi daya tarik wisata yang mendongkrak perekonomian daerah melalui pendekatan berbasis kearifan lokal.

Sumber: