Temukan Benih Unggul, UMM Berharap Dongkrak Pendapatan Petani Kentang di Malang

Temukan Benih Unggul, UMM Berharap Dongkrak Pendapatan Petani Kentang di Malang

--

LOWOKWARU, DISWAYMALANG.COM-- Inovasi di bidang pertanian baru saja dikembangkan oleh Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Unit bisnis UMM di bidang pertanian UMM Potato Seeds berhasil mengembangkan teknologi produksi benih kentang unggulan, dengan kelebihan bisa meningkatkan produksi kentang, dan selanjutnya meningkatkan pendapatan petani. 

Manajer UMM Potato Seeds Dr. Ir. Syarif Husen, M.P menjelaskan bahwa teknologi baru pembenihan kentang ini sudah diujicobakan di lahan pertanian kentang di Kecamatan Tosari, Kabupaten Bromo. Melalui program Pengembangan Usaha Kampus (PUK), UMM Potato Seeds bermitra dengan UD. Sumber Tani, sebuah usaha pertanian di Tosari, untuk melakukan uji coba benih hasil inovasi itu. 

Uji coba dilakukan dalam screen net dan diilakukan aklimatisasi benih dalam bentuk planlet, yang berasal dari Laboratorium Kultur In Vitro UMM Potato Seeds."Harapan kami, inovasi ini bisa meningkatkan pendapatan penangkar benih dan petani kentang," kata Syarif Husen. 

Mengenai teknologi baru yang digunakan, Syarif menjelaskan dengan menggunaan stek pucuk berakar kentang yang dihasilkan dari menyetek tanaman induk kentang di dalam rumah kasa. Menurut dia, di Indonesia, penggunaan benih stek pucuk berakar belum banyak dilakukan oleh penangkar benih dan petani kentang.



Padahal, lanjut Syarif, benih stek pucuk berakar memiliki beberapa keunggulan. Seperti waktu produksi lebih cepat yakni sekitar satu bulan dibanding benih umbi yang mencapai 4-5 bulan. Harganya juga lebih terjangkau (20 juta/ha) dibanding benih umbi (40 juta/ha).

Apabila benih umbi memerlukan gudang penyimpanan, maka benih stek pucuk berakar ini tidak perlu. Selai itu pertumbuhan tanaman lebih seragam, terjaminnya kebenaran varietas,  panen yang juga lebih cepat sekitar 90-100 hari setelah tanam, dan penanaman lebih mudah dilakukan saat musim penghujan.

“Stek pucuk berakar merupakan sebuah inovasi yang dapat mengatasi masalah petani kentang terkait biaya kebutuhan benih yang cukup tinggi. Stek pucuk berakar memiliki keunggulan yakni pengadaan benih yang jauh lebih cepat serta memiliki harga yang relatif lebih terjangkau dibandingkan dengan benih umbi,” katanya.

Lebih lanjut Syarif memaparkan, teknologi stek pucuk berakar ini sudah banyak diterapkan oleh negara-negara besar penghasil kentang seperti Kenya dan India. Dibandingkan dua negara tadi, teknologi ini belum terlalu populer di Indonesia. Oleh karena itu, dia berpendapat perlu ada  pengembangan teknologi stek pucuk berakar ini, khususnya di daerah sentra produksi kentang.

Syarif berharap, adanya inovasi dalam hal pembenihan kentang ini bisa berkontribusi secara langsung dalam memenuhi kebutuhan akan kentang di Indonesia. Apalagi harga benih dari stek pucuk berakar ini jauh lebih terjangkau. "Ini diharapkan dapat meningkatkan penghasilan para petani kentang lokal. Selain itu juga bisa menurunkan angka persentase import kentang yang ada di Indonesia." pungkasnya. (*)

Sumber: umm