Dituduh Propaganda, Rating “When the Phone Rings” Langsung Anjlok!
Adegan berita yang diprotes penonton karena dinilai berbau propaganda.--Istimewa
MALANG, DISWAYMALANG.ID— Penayangan episode 12 When the Phone Rings (WTPR) Sabtu (4/1) lalu menuai hujatan dan seruan boikot. Akibatnya, rating drama ini anjlok.
Rating drama viral tersebut justru turun terus setelah penayangan episode terakhir. Di platform nonton film IMDb misalnya, rating tertinggi diperoleh episode 4, yaitu 8,5/10. Pagi ini (6/1) episode 12 mendapatkan rating 3,9/10. Banyak komentator mengatakan hingga episode 10 atau 11 mereka puas dengan drama ini. Banyak yang memberi rating 10/10. Namun kecewa dengan episode 12. Akhirnya banyak yang memberi rating 1/10.
Sampai hari ini kolom komentar semua platform komunitas drama banyak diwarnai protes. Bahkan ada seruan khusus untuk memberikan rating bintang satu dan boikot untuk drama itu. Media sosial ramai dengan unggahan protes serupa.
Protes juga dilayangkan lewat akun Instagram para pemain. Contohnya di akun Yoo Yeon-soek. Di unggahan terakhir berisi ucapan terima kasih atas dukungan kepada WTPR dari episode awal sampai akhir, banyak komentar bernada menyayangkan episode 12.
Di episode terakhir itu, adegan yang mengundang protes itu adalah siaran berita televisi tentang “Paltima menyerang Izmael”, dan ada warga Korea Selatan yang diculik. Dengan mudah para penonton menangkap bahwa kedua nama negara itu adalah plesetan dari Palestina dan Israel. Para pemrotes menganggap adegan ini sangat berbau propaganda pro-genosida.
Protes juga dilayangkan kepada Netflix sebagai platform resmi yang menayangkan WTPR. Bahkan ada unggahan warganet di mydramalist yang mencurigai Netflix sengaja salah menerjemahkan subtitle adegan penyiar berita itu. Menurut si pengunggah, kalimat asli yang tampil di siaran berita itu adalah “Korean kidnapped by Izmael militants… Negotiation specialist dispatched” atau warga Korea diculik oleh militant Izmael… Pakar negosiasi diberangkatkan.
Tuntutan paling banyak adalah permintaan penjelasan kepada sutradara mengapa harus memasukkan adegan tersebut. Juga tuntutan untuk menghapus adegan itu dari drama tersebut.
Kritik tentang propaganda ini melengkapi berbagai kritik terkait ending WTPR sebelumnya. Banyak penonton menilai episode terakhir itu terlalu didramatisir dan tidak konsisten dengan karakter peran. Contohnya, keputusan Baek Sa-eon pergi menghilang ke negara fiktif Argan yang sedang dilanda perang, bertentangan dengan pernyataan di episode sebelumnya yang tidak ingin meninggalkan istrinya, Hong Hee-joo.
Meskipun berakhir manis –Baek Sa-eon dan Hong Hee-joo bersatu—namun drama ini dianggap gagal membuat penonton senang.
BACA JUGA:Happy Ending tapi Kedodoran, Begini Tanggapan Penonton Episode Terakhir “When The Phone Rings”
Drama ini mengisahkan pasangan suami istri Baek Sa-eon (Yoo Yeon-seok) dan Hong Hee-joo (Chae Soo-bin). Baek Sa Eon adalah juru bicara presiden termuda di Korea, berasal dari keluarga politik yang terpandang. Latar belakangnya meliputi peran sebagai wartawan perang, negosiator sandera, dan pembawa berita.
Tiga tahun lalu, ia menikahi Hong Hee-joo, seorang juru bahasa isyarat bisu dan anak angkat kedua dari seorang pemilik surat kabar. Pernikahan mereka, yang lebih bersifat politis, telah berlangsung lama dan dingin. Namun, ketika Hee-joo diculik, kehidupan dan hubungan mereka berubah. (*)
Sumber: imdb